Sebelas orang, termasuk tujuh polisi, tewas dan 36 lainnya terluka dalam ledakan di Istanbul pusat dalam jam sibuk pagi hari Selasa (7/6). Demikian dikukuhkan oleh Gubernur Istanbul. Sebuah mobil yang membawa bom meledak ketika melewati bus yang penuh polisi anti huru-hara.
Beberapa ambulan dikirim ke tempat kejadian di distrik Vezneciler pusat itu, dekat Universitas Istanbul dan tujuan wisata populer, Lapangan Bayezit.
Belum ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, meskipun ISIS baru-baru ini melakukan serangkaian serangan di Turki.
Partai Pekerja Kurdi atau PKK, juga telah menarget polisi dan militer Turki sejak Juli dalam perjuangan mereka menuntut otonomi di Turki Tenggara.
Setelah mengunjungi korban luka yang dirawat di rumah sakit Haseki, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa perjuangan Turki melawan teroris akan terus berlangsung sampai akhir.
Ledakan, yang terjadi pada hari kedua bulan suci Ramadhan, adalah yang terbaru dari beberapa serangan di Istanbul dan Ankara tahun ini.
Presiden Perancis Francois Hollande mengutuk serangan itu sebagai "tindak kekerasan tidak bertanggung jawab" yang harus memperkuat tekad bersama untuk memerangi terorisme.
Duta Besar Amerikia untuk Ankara John Bass mengatakan dalam pesan melalui Twitter bahwa, "kekerasan yang tidak berperasaan seperti tidak akan pernah bisa diterima dengan alasan apapun." Serta menegaskan bahwa Amerika akan "terus berdiri berdampingan dengan Turki dalam memerangi terorisme," kata Bass.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menegaskan kembali solidaritas NATO dengan Turki dalam melawan terorisme global. [lt/sp]