Lokasi Lumpur Lapindo Jadi Tempat Wisata

Ogoh-ogoh Aburizal Bakrie ditanam di kolam lumpur pada peringatan sembilan tahun Lumpur Lapindo di Sidoarjo (29/5). (VOA/Petrus Riski)

Wisata bencana telah semakin umum di Indonesia, dengan para pengunjung datang ke lokasi-lokasi gempa, banjir dan gunung meletus untuk menyaksikan dampaknya.

Mengitari lapangan lumpur besar yang telah menenggelamkan sejumlah desa, para turis mengambil foto kawah yang masih menyemburkan lumpur hampir 10 tahun setelah meledak dalam salah satu bencana terganjil dalam sejarah.

Tidak jauh dari situ, seorang perempuan melihat-lihat patung-patung batu dari orang-orang yang setengah terkubur dan monumen-monumen peringatan bencana tahun 2006 yang membuat puluhan ribu penduduk desa mengungsi, dan mengubah lanskap seluas ratusan hektar di Jawa Timur itu. Laporan-laporan saat itu menetapkan korban tewas sekitar selusin orang.

Wisata bencana telah semakin umum di Indonesia, dengan para pengunjung yang datang ke lokasi-lokasi gempa, banjir dan gunung meletus untuk menyaksikan dampaknya atau semata-mata merupakan pencarian jiwa.

"Saya telah melihatnya di banyak berita televisi, tapi tidak mengira melihatnya dengan mata kepala sendiri memberikan kesan yang begitu berbeda," ujar Wisnu Titik Kartiani di lokasi lumpur Sidoarjo.

"Jika ini disebut wisata, mungkin wisata tragis."

Pemandunya, Sumono, merupakan salah satu penduduk desa yang sekarang membawa turis naik sepeda motor atau menjual video bencana yang merampas penghidupannya sebagai pegawai pabrik.

"Kami bersyukur dengan pekerjaan apa pun," ujarnya.

Pada puncaknya, lumpur meluap dengan volume sekitar 150.000 meter kubik per hari dari kawah di Sidoarjo, yang banyak orang yakin dipicu oleh kegiatan pengeboran minyak dan gas oleh PT Lapindo Brantas, perusahaan keluarga Bakrie.

Keluarga tersebut menyangkal hal tersebut, mengatakan hal itu merupakan bencana alam.

Pemerintah telah sepakat mengganti biaya ganti rugi, dan sampai sekarang, sekitar 90 persen korban telah menerima pembayaran, ujar Wahyu Sutopo, pejabat di Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.

Meski sebagian menganggap hal itu sudah selesai, yang lain ingin mempertahankan bencana itu sebagai bagian dari sejarah Indonesia.

Diantara patung-patung yang muncul di lokasi itu ada patung raksasa Aburizal Bakrie, dekat nisan batu bertuliskan "jangan biarkan bangsa ini lupa." [hd]