Bank Sentral Eropa (ECB) mencairkan paket stimulus bernilai setengah triliun Euro lagi sekitar atau $600 miliar, karena lonjakan penularan COVID-19 yang mematikan pada musim dingin, melumpuhkan sebagian besar ekonomi dan pendapatan dalam penjualan sebelum Natal dan tahun baru di wilayah itu.
Dewan pemerintahan Uni Eropa yang beranggotakan 25 negara memutuskan hari Kamis (10/12), untuk menaikkan stimulus dengan pembelian obligasi (bond) sebesar 500 miliar Euro, menjadi 1,85 triliun dari 1,35 triliun. Keputusan itu akan memperpanjang bantuan program sampai setidaknya Maret 2022, tidak pada pertengahan 2021. Langkah itu juga memperluas penawaran pinjaman yang amat murah kepada bank-bank.
Pembelian obligasi membantu agar menjaga kredit tetap terjangkau dan tersedia di seluruh perekonomian baik untuk konsumen, bisnis, maupun pemerintah. Itu sangat penting untuk membantu bisnis bertahan sampai pandemi mereda, dan untuk mendukung pemerintah yang meminjam banyak dana untuk membayar bantuan kepada pebisnis dan pekerja.
Kepala ECB Christine Lagarde mengatakan, kegiatan dalam bisnis jasa "sangat terpukul" oleh peningkatan kasus COVID-19. Data ekonomi baru-baru ini "menunjukkan dampak jangka pendek yang lebih besar akibat pandemi pada ekonomi dan juga inflasi yang berkelanjutan dari yang dibayangkan sebelumnya."
Tujuan stimulus bank adalah meningkatkan inflasi, yang pada bulan November minus 0,3%, menuju targetnya di bawah 2%, tingkat yang dianggap terbaik untuk perekonomian.
Bank sentral bertindak ketika perebakan baru melonjak pada rekor tertinggi di Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di wilayah Uni Eropa, dan karena pemerintah daerah mempertimbangkan larangan baru kegiatan ekonomi seperti menutup sekolah atau toko yang menjual barang-barang yang bukan kebutuhan pokok. [ps/jm]