Pemimpin oposisi Malaysia Mahathir Mohamad, Rabu (18/4) menyatakan rapat-rapat umum besar-besaran mengisyaratkan sebagian pendukung koalisi yang berkuasa kini lebih menyukai oposisi dan perubahan pemerintahan mungkin saja terjadi dalam pemilu bulan depan.
Mahathir merupakan salah seorang pemimpin politik Asia yang paling lama berkuasa setelah memerintah selama 22 tahun hingga 2003. Ia kini memimpin aliansi empat partai untuk menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak yang terlibat skandal, dalam pemilu 9 Mei mendatang.
Koalisi berkuasa pimpinan Najib semakin bergantung pada kelompok mayoritas Muslim Melayu di daerah pedesaan miskin untuk mempertahankan kekuasaannya, setelah para pemilih kelas menengah di perkotaan banyak yang beralih mendukung oposisi dalam dua pemilu terakhir.
Dalam wawancara dengan Associated Press, Mahathir (92 tahun) mengatakan dukungan warga Melayu terhadap oposisi telah meningkat, seraya menyebut banyaknya peserta dalam rapat-rapat umum.
Mahathir mengatakan oposisi tidak perlu mengandalkan seluruh pendukung partai berkuasa untuk berubah pikiran. Sekitar 30 persen saja yang berubah haluan sudah cukup untuk meraih kemenangan, ujarnya.
Namun demikian, Mahathir memperkirakan peluang kemenangan oposisi hanya 50 persen, karena menurutnya pemerintah “cenderung berbuat curang, mengancam warga, menggunakan uang dan bahkan menghambat proses pemilu.”
Najib, (64 tahun), dihantui skandal korupsi besar-besaran terkait dana investasi pemerintah 1MDB. Lembaga yang ia dirikan dan pernah ia pimpin itu telah menumpuk utang sangat besar. Amerika dan negara-negara lain sedang menyelidiki kemungkinan penggelapan dan pencucian uang di luar Malaysia. Najib sendiri membantah melakukan kesalahan. Ia telah memecat para pengecamnya dan memberangus media yang memberitakan skandal itu. [uh]