Masyarakat Sepakbola Indonesia Kampanye di Afrika Selatan

  • Herman Hakim
Memanfaatkan momentum Piala Dunia, organisasi ini memperjuangkan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah PD 2022.

Carpe Diem.

Terjemahan bebasnya: pergunakan setiap kesempatan sebaik-baiknya. Inilah kiranya salah satu filosofi Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan selama satu bulan mendatang

Filosofi yang sama berlaku bagi Sarman, ketua Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSI). Ia kini berada di Afrika Selatan, guna memanfaatkan momentum Piala Dunia 2010 untuk mengampanyekan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia tahun 2022. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) telah secara resmi meluncurkan pencalonan diri Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 tahun lalu. Pencalonan ini merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya yang gagal, karena saat itu tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah Indonesia.

Selain menjelaskan perjuangan MSI, ia juga mengamati perkembangan sepakbola di Amerika, yang menurutnya tampil mengesankan pada Piala Konfederasi tahun 2009 di Afrika Selatan. Menurut Sarman, kelebihan tim sepakbola Amerika terletak pada ketahanan fisik dan kecepatan seperti yang ditampilkan ketika mengalahkan Spanyol.

Landon Donovan dari tim AS (kaos putih) saat melawan Spanyol di semifinal Piala Konfederasi 2009.

Tapi, menurut Sarman, Amerika kalah atas Brazil karena tim sepakbola Amerika itu kurang menguasai seni bersepakbola. Brazil membaca kelemahan itu yang menyebabkan Amerika yang unggul 2-0 di babak pertama, akhirnya kalah 2-3. Berikut petikan perbincangan reporter VOA Herman Hakim dengan Sarman.

Apa yang membuat Indonesia sangat bergairah untuk menjadi tuan rumah?

Satu, saya berpikir ini momen luar biasa yang harus diperjuangkan di mana Indonesia sangat rindu kegiatan-kegiatan besar. Seingat saya, pasca-GANEFO (Games of the New Emerging Forces) di tahun 60-an, Indonesia tak ada lagi momen besar yang melibatkan dunia, yang melibatkan perhatian dunia dan berfokus ke Indonesia. Maka, saya pikir, generasi saya, atau generasi mendatang, harus menaruh harapan baru di mana situasi politik dan demokrasi bergulir di Indonesia dan harus ada suatu pekerjaan yang disiapkan dalam waktu yang panjang agar semuanya hidup, semua pihak di Indonesia hidup. Penyelenggaraan Piala Dunia, bukan semata sepak bola, tetapi kebangkiran budaya, kecintaan kepada Tanah Air, munculnya generasi penerus yang mencintai lambang-lambang negara.

Situasi seperti itu muncul tak ubahnya seperti di Afrika Selatan sekarang ini. Di seluruh pelosok Afrika Selatan, ada bendera Afrika Selatan.

Biasanya tuan rumah Piala Dunia merupakan alat untuk menguji status menuju salah satu kekuatan dunia. Tiongkok dengan Olimpiade-nya baru-baru ini merupakan contoh. Itukah alasan yang merangsang Indonesia?

Penjelasan posisi itu akan diawali, bila Indonesia dipastikan menjadi tuan rumah pada tahun 2022. Dari situ kita bisa menentukan apa yang akan terjadi pada tahun 2022. Itu parameternya. Parameter itu baru menjadi jelas, apabila tahun ini, tahun 2010 ini, Indonesia ditentukan untuk (menjadi tuan rumah) tahun 2022. Saya pikir semua elemen akan bergerak ke sana untuk menyukseskan. Dan kebiasaan bangsa Indonesia adalah sangat menghargai penyelenggaraan-penyelenggaraan yang melibatkan dunia luar. Itu terlihat betapa gedung Gelora Bung Karno dipadati penggemar sepakbola. Padahal itu (Ganefo) kelasnya Asia, apalagi kalau Piala Dunia. Saya sulit menggambarkan apa yang akan terjadi di Indonesia pada saat itu (tahun 2022).

Juara Piala Dunia lima kali ini akan menjadi tuan rumah Piala Dunia berikut.

Bagaimana dengan tuan rumah 2014 dan 2018?

Tahun 2014 di Brazil. Itu sudah ditetapkan pada tahun 2007 bahwa Brazil akan menjadi tuan rumah 2014. Tahun 2018 itu, kalau tak salah akan diperebutkan antara Eropa dan Amerika. Dan Indonesia, fokus (untuk) tahun 2022. Saya pikir tepat. Dua belas tahun (lagi), Indonesia akan berkembang dengan sehat, di mana demokrasi berkembang dan saya kira ada (banyak) provinsi atau wilayah di Indonesia, seandainya 10 kota menggelar pertandingan Piala Dunia.

Tadi Anda mengatakan, tuan rumah 2018 menjadi ajang rebutan Eropa dan Amerika Serikat. Seandainya Amerika menjadi tuan rumah (lagi), apa pengaruhnya terhadap persepakbolaan Amerika?

Saya lihat Amerika waktu Piala Konfederasi di Afrika Selatan. Tahun lalu saya datang kemari, Amerika ketemu Brazil di final. Itu kemajuan yang luar biasa. Amerika bisa mengalahkan Spanyol dan Brazil ketinggalan dua-kosong di babak pertama. Jadi, untuk Piala Dunia ini, Amerika punya harapan.

Teknik apa yang membuat Amerika bisa menyaingi gaya samba Brazil?

Ketahanan fisik. Jadi, pada babak pertama itu, Brazil lupa bahwa ketahanan fisik Amerika itu mirip-mirip dengan ketahanan fisik pemain rugby dan postur tubuh (yang ideal untuk sepakbola). Pada babak pertama itu, Brazil lengah dan lupa bahwa kalau Amerika diajak main cepat, Amerika akan unggul. Kelemahan Amerika di babak kedua adalah Amerika tak mau mengubah taktik permainan.