Para mediator Uni Afrika yang menangani krisis politik Pantai Gading kembali ke ibukota negara itu, Abidjan, setelah bertemu dengan kepala aliansi Afrika Barat yang mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menggulingkan presiden saat ini.
Perdana Menteri Kenya Raila Odinga kembali ke Abidjan setelah bertemu Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, yang memimpin Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat. Odinga dijadwalkan berbicara dengan Presiden Laurent Gbagbo dan pesaingnya Alassane Ouattara, yang oleh dunia internasional diakui sebagai pemenang pemilihan November.
Aliansi yang dikenal sebagai ECOWAS itu mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk menggulingkan presiden Pantai Gading saat ini, Laurent Gbagbo, jika ia tidak menyerahkan kekuasaan kepada pemenang pemilu bulan November yang diakui secara internasional, mantan perdana menteri Alassane Ouattara.
Odinga mengatakan ia kembali ke Abidjan dengan pikiran terbuka karena Uni Afrika dan ECOWAS ingin penyelesaian damai atas krisis di Pantai Gading. Tambahnya, kekuatan militer adalah pilihan terakhir karena bisa merugikan kehidupan orang-orang tak bersalah dan mengganggu perekonomian Pantai Gading.
Sebelum Odinga tiba, pasukan penjaga perdamaian PBB terpaksa melepaskan tembakan peringatan ketika sekelompok pendukung Gbagbo mendekati hotel di Abijan yang akan didatangi utusan Uni Afrika itu.
Pejabat PBB mengungkapkan keprihatinan dengan tingkat kekerasan di Pantai Gading setelah terjadi pertikaian terhadap hasil pemilihan 28 November lalu. Seorang jurubicara mengatakan Senin bahwa misi PBB beroperasi dalam kondisi yang sulit. Tetapi katanya, PBB tidak akan terintimidasi.
Gbagbo menuntut penarikan dari semua pasukan PBB dan minggu lalu, gerombolan pro-Gbagbo menyerang dan membakar beberapa kendaraan PBB.
Mediasi oleh ECOWAS dan Uni Afrika sejauh ini tidak menghasilkan hasil nyata karena Gbagbo dan Ouattara terus bersaing memimpin pemerintah di Abidjan.
Para pemimpin Afrika telah mengesampingkan kesepakatan pembagian kekuasaan karena menurut mereka Ouattara adalah presiden terpilih Pantai Gading sesuai pemilihan umum yang disahkan PBB. Gbagbo mengatakan dia memenangkan pemilu ketika sekutu-sekutunya di Dewan Konstitusi membatalkan sejumlah surat suara bagi Ouattara sehingga membuatnya keluar sebagai pemenang.
Kepada VOA, Ouattara mengatakan ia yakin Gbagbo tidak serius tentang mediasi internasional dan terus mengulur-ulur waktu. Ia mengatakan, "Dengan mengulur waktu memungkinkannya untuk mengimpor senjata, amunisi, dan merekrut tentara bayaran serta milisi sehingga ia dapat terus membunuh orang-orang Pantai Gading. Saya kira dia berpikir itu baik baginya, tapi sangat buruk bagi Pantai Gading dan warga Pantai Gading . "
Menteri Luar Negeri Gbagbo, Alcide Djedje, mengatakan dukungan bekas pemberontak bagi Ouattara menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional. Tambahnya, pemerintahan Gbagbo akan melanjutkan blokade atas sebuah hotel resor, di mana Ouattara tinggal karena 300 pemberontak bersenjata berat tidak boleh dibiarkan bergerak bebas di lingkungan yang begitu dekat dengan tempat tinggal Gbagbo.
Kepala-kepala pertahanan ECOWAS akan bertemu di Mali hari Rabu untuk membahas cara terbaik mengatasi krisis di Pantai Gading.