Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis hari Rabu (25/10) memuji militer Filipina karena menegakkan hak asasi manusia dalam pertempuran selama lima bulan terhadap militan Islamis di kota Marawi.
Mattis menyampaikan pernyataan ini pada akhir Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN yang berlangsung selama dua hari di bekas pangkalan udara Amerika.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah dikecam oleh masyarakat internasional karena pelanggaran-pelanggaran HAM, khususnya dalam kampanye anti-narkoba yang dilancarkannya.
Tetapi Mattis, yang pada hari Selasa (24/10) bertemu Duterte dan menggambarkannya sebagai sosok yang “sangat tenang” dalam pertemuan itu, justru memuji operasi di Marawi.
“Saya kira yang paling penting adalah tentara harus bertempur disana dan tidak ada satu pun tuduhan pelanggaran HAM terhadap kredibilitas mereka. Tidak satu pun. Ketika Anda melihat betapa sengitnya pertempuran disana, ini benar-benar pujian bagi militer Filipina, bahwa mereka bisa memulihkan situasi di tengah pertempuran sengit itu. Diskusi dengan presiden berlangsung sangat baik dan kami bicara tentang rencana ke depan. Kami berada dalam satu tim.”
Duterte hari Senin (23/10) menyatakan bahwa pertempuran selama lima bulan antara pasukannya dan kelompok gerilyawan Muslim Maute sudah berakhir. Pertempuran itu menewaskan sedikitnya 700 orang dan membuat sebagian besar dari 200 ribu penduduk di kota yang terletak di Mindanao itu mengungsi.
Mattis hari Rabu terbang dari Filipina ke Thailand untuk mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat di sana. [em/jm]