Menlu AS Bela Serangan Drone yang Tewaskan Jenderal Iran

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, hari Minggu (5/1) dengan gigih membela serangan pesawat tak berawak yang menewaskan jenderal Iran Qasem Soleimani, tetapi menolak secara terbuka menunjukkan bukti yang mendukung klaim Amerika bahwa ia menjadi ancaman bagi pasukan dan pejabat AS di Timur Tengah.

Pompeo, dalam salah satu rangkaian wawancara, kepada jaringan televisi ABC mengatakan para pemimpin senior AS yang memiliki akses seluruh data intelijen sebelum serangan terhadap Soleimani "tidak punya keraguan" akan perlunya membunuh Soleimani.

BACA JUGA: Pakar: Posisi AS di Timur Tengah Makin Sulit Pasca Tewasnya Soleimani

"Penilaian intelijen memperjelas bahwa tidak adanya tindakan yang memungkinkan Soleimani meneruskan persekongkolan dan rencananya, kampanye terornya, menciptakan lebih banyak risiko daripada tindakan yang kita lakukan minggu lalu," kata diplomat terkemuka A.S itu. "Kita mengurangi risiko."

Namun Pompeo beberapa kali menolak memaparkan bukti ancaman yang diyakini AS diciptakan Soleimani.

"Ada beberapa hal yang tidak bisa kita publikasikan," kata Pompeo kepada Fox News. "Kita harus melindungi sumber-sumber yang memberikan informasi intelijen."

Di CNN, Pompeo mengatakan para pejabat AS akan terus memaparkan informasi mengenai serangan drone itu namun hanya "konsisten untuk melindungi sumber dan metode kita dan terutama kapasitas kita untuk memahami apa yang terjadi ketika memaparkan ancaman. Kita tidak ingin intelijen itu beresiko."

Sementara itu, Teheran mengatakan akan membatalkan lebih jauh partisipasinya dalam perjanjian nuklir internasional 2015 yang dibatalkan Presiden AS Donald Trump. Iran mengatakan akan memperkaya uranium tanpa larangan.

Perang kata-kata yang bermuatan saling mengancam antara Washington dan Teheran setelah pembunuhan Soleimani tidak terus berlanjut. (my/jm)