Menlu AS Hadapi Beberapa Tantangan dalam Lawatan ke Asia

Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson (foto: dok).

Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pekan ini untuk pertama kalinya akan melawat ke Jepang, Korea Selatan dan China sebagai diplomat tertinggi Amerika. Ia diperkirakan akan memperluas upaya menemukan opsi baru dalam menghadapi Korea Utara dan ancaman nuklir serta militer negara itu terhadap kawasan dan dunia.

Tindakan-tindakan provokatif Korea Utara – seperti meluncurkan misil-misil ke Laut Jepang bulan ini – telah membuat Amerika mengatakan “hal itu semakin memperkecil kemungkinan Amerika mempertimbangkan dialog langsung dengan Korea Utara” dan pemimpin mereka Kim Jong-un.

Faktor-faktor lain yang semakin memperumit pembicaraan Tillerson di Seoul dan Beijing adalah situasi politik yang kompleks di Korea Selatan, yang baru saja memakzulkan presidennya. Juga ketidaksukaan China terhadap penempatan sistem pertahanan misil Amerika yang kontroversial di Korea Selatan.

Pasca pemakzulan Presiden Park Guen-hye dari Blue House di Seoul, Tillerson untuk pertama kalinya akan mengadakan pertemuan dengan presiden sementara Korea Selatan, Perdana Menteri Hwang Kyo-ahn, yang berkewajiban melangsungkan pemilu baru dalam waktu 60 hari.

Dalam penjelasan awal menjelang keberangkatan Tillerson, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan pada wartawan bahwa Amerika akan melanjutkan kerjasama dengan Hwang hingga sisa masa jabatannya, dan menambahkan bahwa Tillerson tidak akan mengadakan pertemuan dengan faksi-faksi oposisi di Seoul.

“Apa yang sedang terjadi merupakan perwujudan proses demokrasi di Korea Selatan. Ini bentuk institusi yang membuat kita menjadi mitra dekat, dan berteman dengan rakyat Korea Selatan,” ujarnya.

“Amerika akan tetap menjadi sekutu, teman dan mitra setia Korea Selatan. Aliansi Amerika-Korea Selatan akan tetap menjadi landasan stabilitas dan keamanan kawasan,” tambahnya.

Sementara dalam lawatan pertama ke Jepang, Korea Selatan dan China pekan ini, ada tugas khusus yang menanti Menlu AS Rex Tillerson, yaitu mempersiapkan kedatangan Presiden Xi Jinping ke Amerika akhir tahun ini.

Amerika berniat menjalin hubungan konstruktif dengan China, sambil memastikan agar China mematuhi aturan hukum internasional, dan agar perdagangan antar kedua negara dilakukan secara adil.

Mantan penasihat Presiden George Walker Bush yang kini menjadi peneliti Inisiatif Amerika-China di Universitas Georgetown – Dennis Wilder – mengatakan kepada VOA, pejabat-pejabat China “akan melihat isyarat seberapa serius Presiden Trump menangani isu-isu ekonomi seperti soal neraca perdagangan dan lebih banyak kesempatan bagi perusahaan-perusahaan Amerika untuk mengekspor barang dan jasa mereka ke China.”​ [em]