Menlu AS Dorong Hubungan Irak-Arab Saudi yang Lebih Erat

Menlu AS Rex Tillerson (kiri) berjabat tangan dengan Menlu Arab Saudi Adel Ahmed Al-Jubeir usai pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, 22 Oktober 2017.

Menteri Luar Negeri Amerika Rex Tillerson, Minggu (22/10) mendorong hubungan yang lebih baik antara Arab Saudi dan Irak sebagai cara untuk menangkis sikap agresif militer Iran yang kian berkembang di kawasan itu.

Tillerson, yang berpartisipasi dalam pertemuan perdana Komite Koordinasi Arab Saudi-Irak di Riyadh, menyampaikan kepada Raja Salman dari Saudi dan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi bahwa membaiknya hubungan mereka memperlihatkan potensi yang sangat besar. Ia menyebut tentang dibukanya kembali pada Agustus lalu sebuah pos perlintasan perbatasan besar antara kedua negara dan dimulainya kembali penerbangan langsung antara Baghdad dan Riyadh.

Tillerson mengatakan kedua hal itu mewakili apa yang diharapkan akan menjadi serangkaian tindakan yang lebih nyata untuk meningkatkan hubungan dan memperkuat kerjasama dalam serangkaian isu. Hubungan yang berkembang antara Saudi dan Irak sangat penting untuk memperkuat keamanan dan kemakmuran bersama, dan Amerika sangat menaruh perhatian pada hal ini, lanjut Tillerson.

Raja Salman menanggapi dengan mengatakan mengenai tantangan serius yang dihadapi kawasan berupa ekstremisme, terorisme, serta upaya-upaya menggoyahkan kedua negara. Upaya-upaya tersebut menuntut perhatian penuh dan Saudi menegaskan kembali dukungannya bagi keutuhan dan stabilitas Irak, kata Salman.

Sementara itu Abadi menyatakan dukungan bagi berkembangnya hubungan antara kedua negara. Menurutnya, kawasan tidak lagi dapat mentolerir perpecahan lebih jauh, dan mencampuri urusan internal pihak lain harus dihentikan, jelasnya.

Hubungan Irak yang berpenduduk mayoritas Syiah dan Arab Saudi yang dipimpin Sunni renggang selama beberapa dekade setelah invasi diktator Irak Saddam Hussein pada tahun 1990. Tetapi Arab Saudi membuka kembali kedutaannya di Baghdad pada tahun 2015, setelah tutup selama seperempat abad. Menteri Luar Negeri Saudi mengunjungi Baghdad Februari lalu, disusul pembukaan kembali sebuah pos perlintasan perbatasan dan dimulainya kembali penerbangan antara kedua ibukota negara.

Namun hubungan antara Saudi dan Irak diperumit oleh aksi militer Iran di kawasan. Milisi dukungan Teheran memainkan peran kunci dalam membantu pasukan keamanan Irak mengalahkan pasukan Kurdi di Kirkuk, kota kaya minyak di Irak Utara, pekan lalu dan dalam mengalahkan militan ISIS yang sebelumnya merebut beberapa wilayah Irak.

Tillerson hari Minggu (22/10) meminta milisi-milisi dukungan Iran dan para penasihat Iran mereka agar meninggalkan Irak.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menanggapinya melalui Twitter, dengan menyebut kebijakan luar negeri Amerika “memalukan” dan “didikte oleh petrodollar.” [uh/ab]