Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan konsensus di antara negara-negara Timur Tengah yang mengisolasi Suriah saat ini tidak berjalan. Diperlukan dialog dengan Damaskus "di beberapa titik" untuk setidaknya mengatasi masalah kemanusiaan, termasuk kembalinya para pengungsi.
Pernyataan Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud di forum keamanan Munich pada Sabtu (18/2) menandai pergeseran dari tahun-tahun awal perang saudara Suriah selama 12 tahun ketika beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi mendukung pemberontak yang melawan Bashar al-Assad.
"Anda akan melihat tidak hanya di antara GCC (Gulf Cooperation Council) tapi di dunia Arab ada konsensus yang berkembang bahwa status quo tidak bisa diterapkan," katanya.
Gulf Cooperation Council adalah Dewan Kerja Sama Negara-negara Teluk yang bergerak dalam sektor ekonomi dan sosial.
Petugas polisi berdiri di atas puing-puing bangunan yang rusak di lokasi serangan roket, di lingkungan Kafr Sousa, Damaskus tengah, Suriah, 19 Februari 2023. (Foto: REUTERS/Firas Makdessi)
Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan dengan tidak adanya jalan menuju "tujuan maksimalis" untuk solusi politik, pendekatan lain "sedang dirumuskan" untuk mengatasi masalah pengungsi Suriah di negara tetangga dan penderitaan warga sipil, terutama setelah gempa dahsyat yang melanda Suriah dan Turki.
"Jadi itu (pendekatan) harus (dilakukan) melalui dialog dengan pemerintah di Damaskus di beberapa titik dengan cara yang mencapai setidaknya tujuan yang paling penting, terutama dalam hal kemanusiaan, kembalinya pengungsi, dll," katanya.
Ditanya tentang laporan bahwa dia akan mengunjungi Damaskus setelah kunjungan rekan-rekannya dari Emirat dan Yordania setelah gempa bumi, Pangeran Faisal mengatakan dia tidak akan mengomentari rumor tersebut.
BACA JUGA: Putin, Assad Langsungkan Pembicaraan di Moskow Soal Kawasan Pemberontak
Riyadh telah mengirim pesawat bantuan ke wilayah yang dikuasai pemerintah di Suriah sebagai bagian dari upaya bantuan gempa setelah awalnya mengirim bantuan hanya ke barat laut yang dikuasai oposisi negara itu.
Dijauhi oleh Barat, Assad telah menerima curahan dukungan dari negara-negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengannya dalam beberapa tahun terakhir, terutama Uni Emirat Arab (UEA) yang mengincar pengaruh Arab di Suriah untuk melawan pengaruh Iran.
Assad telah mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar Suriah dengan dukungan dari Rusia bersama dengan Iran dan kelompok-kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran seperti Hizbullah Libanon.
UEA mendesak untuk dapat terlibat kembali dengan Damaskus, meskipun ditentang oleh Amerika Serikat (AS) yang telah menjatuhkan sanksi terhadap Suriah. [ah/ft]