Menteri Perdagangan Gita Wirjawan Nyatakan Siap Jadi Capres 2014

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam wawancara dengan VOA di Washington DC Jumat (31/5). (VOA/Eva Mazrieva)

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyatakan siap menjadi calon presiden dalam pemilihan umum 2014 dan ikut konvensi Partai Demokrat.
Menteri Perdagangan Indonesia Gita Wirjawan di tengah-tengah kunjungannya ke Washington DC, Jumat (31/5), menyatakan siap menjadi calon presiden dalam pemilihan umum 2014 dengan partai politik mana pun.

Ia menambahkan bersedia mengikuti konvensi penjaringan calon presiden yang akan digelar Partai Demokrat Juni ini. Namun ia menegaskan bahwa langkah ini baru dilakukan jika pihak internal Partai Demokrat memang mempertimbangkan dirinya menjadi calon presiden.

“Tentu kalau memang diperkenankan dan dipertimbangkan, Insya Allah saya siap untuk maju. Tapi tentunya harus menghormati dan mengikuti proses. Partai manapun yang mempertimbangkan dan memperkenankan saya,” ujarnya usai bertemu Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (EPA) terkait isu kelapa sawit.

“Tapi saya percaya dengan paradigma bahwa ada 250 juta warga Indonesia yang berkualitas, bukan 250 warga Indonesia bisa memilih saya. Mereka ini yang harusnya dirangkul sehingga kita punya pencerahan talenta yang bisa memimpin ke depan. Siapa pun dia, laki-laki atau perempuan, tua atau muda, dan lain-lain. Let’s pray bahwa ia adalah yang terbaik,” ujar ketua Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) itu.

Gita, yang pada beberapa pekan terakhir ini mulai sering tampil di depan publik dengan menjadi pembawa acara dan komentator sepakbola, mengatakan tahu persis bahwa akan datang begitu banyak kecaman dan sekaligus dukungan begitu ia terang-terangan mencalonkan diri. Tetapi mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini mengaku siap.

Ketika ditanya soal tantangan terbesar yang menurutnya harus dibenahi jika kelak terpilih, Gita mengatakan ada empat hal yang harus dibenahi yaitu pencapaian pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan pemerataan, demokratisasi, pluralisme dan kepekaan terhadap hak asasi manusia.

“Ini tidak gampang. Dalam 15 tahun ini kita bekerja keras untuk bisa menandai tiap boks yang saya sebut tadi. Ya patutlah jika ada ketidaksempurnaan. Tapi tidak gampang untuk mencapai angka pertumbuhan di atas 6 persen sambil mendapat pengakuan dunia bahwa kita on the right track untuk hal-hal lain. Yang penting arahan kita untuk ke depan itu bagaimana? Positif atau negatif? Saya sih merasa Indonesia selalu menuju ke arah yang positif,” ujarnya.