Komunitas besar Somalia, yang umumnya dari keluarga pengungsi, di negara bagian Minnesota, AS selama ini menjadi lahan subur bagi perekrutan oleh kelompok militan Somalia, al-Shabab.
MINNEAPOLIS —
Masih belum jelas apakah warga Amerika keturunan Somalia terlibat serangan mematikan oleh militan al-Shabab di pusat perbelanjaan di Nairobi, Kenya. Namun, komunitas besar Somalia di negara bagian Minnesota di Amerika selama ini menjadi lahan subur bagi perekrutan oleh kelompok teroris tersebut.
Banyak pemuda Somalia di Amerika terpecah antara dua budaya, menyebabkan sebagian rentan terhadap bujukan yang dikaitkan agama dan patriotisme dari kelompok militan Muslim itu.
Hashim Yonis sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di Amerika dan sedang mencalonkan diri untuk jabatan Komisaris Taman dan Rekreasi di Minneapolis. Dan ia menjadi mentor bagi pemuda Somalia lainnya guna membantu mereka mengatasi rasa keterasingan yang banyak dialami orang-orang dari generasinya.
"Saya menyebut generasi saya, generasi yang hilang. Mereka bukan bagian dari Somalia tradisional. Tidak 100 persen. Pada dasarnya satu kaki mereka berada di Amerika, dan kaki lainnya di Somalia," kata Yonis.
Banyak pemuda Somalia adalah anak-anak pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara yang berlarut-larut di negara mereka dan mengalami kesulitan berasimilasi ke dalam kehidupan Amerika. Sebagian dari mereka putus sekolah, tidak bisa mendapat pekerjaan atau terlibat geng.
Nimco Ahmed, aktivis Somalia yang bekerja untuk Dewan Kota Minneapolis, mengatakan perang dan tinggal di tempat baru telah merusak struktur keluarga tradisional.
"Sebagian besar para ayah kami tidak ada di sini, juga tidak ada di Somalia atau tewas. Jadi, tidak ada figur ayah bagi anak laki-laki membuat kami kesulitan selama ini. Dan sampai kini kami masih kesulitan," papar Ahmed.
Invasi Ethiopia ke Somalia tahun 2007 dinilai sebagian warga Somalia sebagai pelanggaran kedaulatan Somalia, meskipun tentara campur tangan berdasarkan permintaan pemerintah sementara Somalia dan dengan dukungan Uni Afrika dan Amerika.
Menggunakan ramuan agama, nasionalisme dan yang disebut sebagian orang sebagai penipuan, kelompok militan Muslim al-Shabab merekrut setidaknya 20 warga Amerika keturunan Somalia untuk melawan pasukan asing di Somalia.
Menyuarakan pendapat minoritas dalam komunitas Somalia, Hussein Egal mengatakan, niat mereka yang bergabung dengan Al Shabab adalah mengagumkan.
"Kami tidak berbicara tentang akar penyebab, apa yang menyebabkan orang-orang ini kembali, seolah-olah untuk membela martabat dan kedaulatan bangsa yang sedang ditindas," ujar Egal.
Tetapi, pendapat mayoritas menyatakan al-Shabab memanipulasi para pemuda yang tidak puas. Yonis dan pemimpin lain berusaha melawan daya tarik kelompok teroris asing dengan melakukan advokasi untuk memperbaiki pendidikan dan membuka peluang bagi lebih banyak orang Somalia untuk berintegrasi dengan lebih baik ke dalam masyarakat Amerika.
Banyak pemuda Somalia di Amerika terpecah antara dua budaya, menyebabkan sebagian rentan terhadap bujukan yang dikaitkan agama dan patriotisme dari kelompok militan Muslim itu.
Hashim Yonis sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di Amerika dan sedang mencalonkan diri untuk jabatan Komisaris Taman dan Rekreasi di Minneapolis. Dan ia menjadi mentor bagi pemuda Somalia lainnya guna membantu mereka mengatasi rasa keterasingan yang banyak dialami orang-orang dari generasinya.
"Saya menyebut generasi saya, generasi yang hilang. Mereka bukan bagian dari Somalia tradisional. Tidak 100 persen. Pada dasarnya satu kaki mereka berada di Amerika, dan kaki lainnya di Somalia," kata Yonis.
Banyak pemuda Somalia adalah anak-anak pengungsi yang melarikan diri dari perang saudara yang berlarut-larut di negara mereka dan mengalami kesulitan berasimilasi ke dalam kehidupan Amerika. Sebagian dari mereka putus sekolah, tidak bisa mendapat pekerjaan atau terlibat geng.
Nimco Ahmed, aktivis Somalia yang bekerja untuk Dewan Kota Minneapolis, mengatakan perang dan tinggal di tempat baru telah merusak struktur keluarga tradisional.
"Sebagian besar para ayah kami tidak ada di sini, juga tidak ada di Somalia atau tewas. Jadi, tidak ada figur ayah bagi anak laki-laki membuat kami kesulitan selama ini. Dan sampai kini kami masih kesulitan," papar Ahmed.
Invasi Ethiopia ke Somalia tahun 2007 dinilai sebagian warga Somalia sebagai pelanggaran kedaulatan Somalia, meskipun tentara campur tangan berdasarkan permintaan pemerintah sementara Somalia dan dengan dukungan Uni Afrika dan Amerika.
Menggunakan ramuan agama, nasionalisme dan yang disebut sebagian orang sebagai penipuan, kelompok militan Muslim al-Shabab merekrut setidaknya 20 warga Amerika keturunan Somalia untuk melawan pasukan asing di Somalia.
Menyuarakan pendapat minoritas dalam komunitas Somalia, Hussein Egal mengatakan, niat mereka yang bergabung dengan Al Shabab adalah mengagumkan.
"Kami tidak berbicara tentang akar penyebab, apa yang menyebabkan orang-orang ini kembali, seolah-olah untuk membela martabat dan kedaulatan bangsa yang sedang ditindas," ujar Egal.
Tetapi, pendapat mayoritas menyatakan al-Shabab memanipulasi para pemuda yang tidak puas. Yonis dan pemimpin lain berusaha melawan daya tarik kelompok teroris asing dengan melakukan advokasi untuk memperbaiki pendidikan dan membuka peluang bagi lebih banyak orang Somalia untuk berintegrasi dengan lebih baik ke dalam masyarakat Amerika.