Ancaman yang meningkat konflik nuklir antara Amerika dan Korea Utara membayangi peringatan hari Rabu genapnya 72 tahun yang lalu penjatuhan bom atom Amerika di Nagasaki, Jepang, pada hari-hari terakhir Perang Dunia Kedua.
“Adanya suasana kecemasan yang kuat sedang menyebar ke seluruh dunia bahwa dalam waktu yang tidak terlalu jauh di masa depan senjata ini dapat benar-benar digunakan lagi,” kata Walikota Nagasaki Tomihisa Taue kepada hadirin di Taman Perdamaian kota itu. Upacara tersebut diadakan sehari setelah Presiden Amerika Donald Trump bertekad untuk membalas ancaman yang terus-menerus dari Korea Utara dengan “kehancuran dan keganasan yang belum pernah terjadi di dunia.”
Walikota Taue juga mengecam Perdana Menteri Shinzo Abe karena tidak mau turut dalam perundingan Pelarangan Nuklir PBB, dan menyebut sikap perdana menteri itu “tidak dapat dimengerti oleh kita yang tinggal di kota-kota yang pernah menderita ledakan bom atom.” Jepang secara rutin menolak senjata nuklir, tetapi telah bersekutu dengan kuat dalam pertahanannya di bawah yang disebut “payung nuklir” Amerika.
Taue dan tamu kehormatan lainnya memimpin hadirin mengheningkan cipta sementara lonceng berbunyi pada saat yang tepat pesawat tempur Amerika menjatuhkan bom plutonium ke kota pelabuhan itu, menewaskan sampai sebanyak 70 ribu orang.
Pemboman Nagasaki terjadi tiga hari setelah 140 ribu orang tewas dalam serangan bom atom di Hiroshima, senjata nuklir yang pertama digunakan di dunia. Kedua pemboman itu mempercepat penyerahan Jepang kepada pasukan sekutu tanggal 15 Augustus tahun 1945, yang mengakhiri perang dunia yang berlangsung 6 tahun itu. [gp]