Negara-negara dan daerah di sekeliling bekas Uni Soviet melarang lambang-lambang komunisme, palu arit dan bintang.
Di Lviv, Ukraina barat, kelompok nasionalis berdemonstrasi tahun lalu untuk mencegah kelompok komunis membawa bendera merah ke tugu peringatan Perang Dunia Kedua di kota itu. Tahun ini, pemerintah kota Lviv melarang semua pemajangan simbol-simbol Komunisme dan Nazi.
Larangan atas lambang palu arit dan swastika dilakukan setelah adanya larangan serupa di wilayah Baltik, di Georgia dan di banyak negara Eropa Timur. Moldova menerapkan larangan itu tanggal 1 Oktober.
Di depan Gedung Opera Lviv, di mana patung Lenin pernah berdiri, sekarang terdapat air mancur. Di dekat statsiun kereta api, di mana dulu ada air mancur, sekarang ada patung Stepan Bandera, pemimpin Organisasi Nasionalis Ukraina yang anti-Soviet.
Sergiy Kudelia, pakar ilmu politik di Lviv, mengatakan, “Monumen-monumen baru yang kita lihat sedang dibangun adalah monumen bagi para pahlawan nasional, yang dipandang di sini sebagai pahlawan yang berjuang melawan Uni Soviet.”
Tetapi, di Moskow, ada 93 patung Lenin. Dari sisi sejarah mereka, banyak warga Rusia mengatakan Uni Soviet adalah kekuatan pendorong kemajuan.
Alexander, yang mencari makan dengan meniru sebagai Lenin untuk atraksi bagi turis-turis yang mengunjungi Lapangan Merah, mengatakan Ukraina berkembang secara ekonomis dan budaya sebagai bagian Uni Soviet. Ia mengatakan hanya kelompok nasionalis Ukraina yang menentang lambang-lambang komunisme.
Kembali di Lviv, redaktur majalah Tars Voznyak mengatakan dengan pedas bahwa warga Rusia agaknya tidak bisa melepaskan pandangan lama mereka tentang dunia.
Ia mengatakanRusia modern melihat dirinya sebagai pengganti Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. Ukraina, katanya, selalu memainkan peran sekunder terhadap Miskow dan tidak bisa melihat dirinya sebagai pengganti Uni Soviet.
Dalam perdebatan baru-baru ini mengenai pandangan-pandangan historis mereka, Kremlin mendanai “The Match,” film baru berbahasa Rusia tentang perlawanan Soviet di Ukraina terhadap Nazi. Kelompok nasionalis Ukraina berupaya melarang film itu bulan Mei karena semua orang yang berbicara bahasa Ukraina digambarkan sebagai agen-agen Nazi.
Mantan walikota Lviv, Vasil Kuibida, menuduh kelaparan pada masa Soviet dalam dekade 1930-an, yang disebut “Holodomor,” mengakibatkan korban sebanyak pembunuhan yang dilakukan Nazi pada masa perang di Ukraina.
Larangan atas lambang palu arit dan swastika dilakukan setelah adanya larangan serupa di wilayah Baltik, di Georgia dan di banyak negara Eropa Timur. Moldova menerapkan larangan itu tanggal 1 Oktober.
Di depan Gedung Opera Lviv, di mana patung Lenin pernah berdiri, sekarang terdapat air mancur. Di dekat statsiun kereta api, di mana dulu ada air mancur, sekarang ada patung Stepan Bandera, pemimpin Organisasi Nasionalis Ukraina yang anti-Soviet.
Sergiy Kudelia, pakar ilmu politik di Lviv, mengatakan, “Monumen-monumen baru yang kita lihat sedang dibangun adalah monumen bagi para pahlawan nasional, yang dipandang di sini sebagai pahlawan yang berjuang melawan Uni Soviet.”
Tetapi, di Moskow, ada 93 patung Lenin. Dari sisi sejarah mereka, banyak warga Rusia mengatakan Uni Soviet adalah kekuatan pendorong kemajuan.
Alexander, yang mencari makan dengan meniru sebagai Lenin untuk atraksi bagi turis-turis yang mengunjungi Lapangan Merah, mengatakan Ukraina berkembang secara ekonomis dan budaya sebagai bagian Uni Soviet. Ia mengatakan hanya kelompok nasionalis Ukraina yang menentang lambang-lambang komunisme.
Kembali di Lviv, redaktur majalah Tars Voznyak mengatakan dengan pedas bahwa warga Rusia agaknya tidak bisa melepaskan pandangan lama mereka tentang dunia.
Ia mengatakanRusia modern melihat dirinya sebagai pengganti Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. Ukraina, katanya, selalu memainkan peran sekunder terhadap Miskow dan tidak bisa melihat dirinya sebagai pengganti Uni Soviet.
Dalam perdebatan baru-baru ini mengenai pandangan-pandangan historis mereka, Kremlin mendanai “The Match,” film baru berbahasa Rusia tentang perlawanan Soviet di Ukraina terhadap Nazi. Kelompok nasionalis Ukraina berupaya melarang film itu bulan Mei karena semua orang yang berbicara bahasa Ukraina digambarkan sebagai agen-agen Nazi.
Mantan walikota Lviv, Vasil Kuibida, menuduh kelaparan pada masa Soviet dalam dekade 1930-an, yang disebut “Holodomor,” mengakibatkan korban sebanyak pembunuhan yang dilakukan Nazi pada masa perang di Ukraina.