“AS memimpin dari posisi yang kuat,” kata Obama ketika merilis dokumen baru yang menguraikan strategi keamanan nasionalnya. “Sekuat-kuatnya kita, sumber daya dan pengaruh kita bukannya tidak terbatas. Dan dalam dunia yang kompleks, banyak masalah keamanan yang kita hadapi tidak cepat dan tidak mudah untuk diatasi.”
Dokumen setebal 35 halaman yang dirilis hari Jumat itu tidak membuat perubahan kebijakan besar, tetapi mengklarifikasi pendekatan AS terhadap sejumlah tantangan, mulai dari perlawanan terhadap militan ISIS, aksi Rusia di Ukraina, sampai kebangkitan China.
Dalam memperkenalkan strategi itu, Presiden Obama mengatakan AS jangan hanya mengandalkan kekuatan militer, dan menekankan bahwa AS “lebih kuat ketika memobilisasi aksi kolektif.” Dalam perang melawan terorisme, katanya, AS telah bergeser jauh dari peperangan skala besar di daratan menjadi menarget operasi-operasi kontra-terorisme dan aksi bersama dengan mitra-mitra global. Dia mengatakan ancaman serangan teroris “yang besar” terhadap AS telah “berkurang namun masih ada.”
Sejumlah pejabat tinggi pemerintahan Obama merilis pernyataan yang mendukung kebijakan keamanan baru itu ketika dirilis.
“Kebijakan itu ambisius tapi mungkin dilakukan,” kata Menteri Luar Negeri John Kerry. “Itu merupakan visi mengenai Amerika yang memotivasi aliansi dan kemitraan serta menempatkan kredibilitas dan kapasitas kita pada jalur untuk mengatasi masalah.”
Menteri Pertahanan Chuck Hagel juga berkomentar, menyebut Strategi Keamanan Nasional 2015 sebagai “penjelasan jernih mengenai tantangan serta peluang strategis kita.”
Sebagian anggota Kongres dari Partai Republik telah mengecam Obama atas apa yang mereka anggap sebagai respon yang kurang memadai terhadap ancaman global, termasuk ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS dan konflik Ukraina.
Presiden AS Barack Obama mengatakan AS “harus dapat menahan diri untuk tidak terlibat terlalu jauh” dalam krisis global.