Dalam jumpa pers mingguan di kantornya, Rabu (18/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menjelaskan konferensi tingkat menteri OKI itu akan membahas situasi kemanusiaan di Rakhine. Sejauh ini belum ada kepastian soal rencana kehadiran wakil dari pemerintah Myanmar dalam pertemuan itu.
"Pesan utama akan dibawa Indonesia pada pertemuan ini adalah untuk mendorong OKI agar mengambil langkah konstruktif dalam mendukung Myanmar guna menyelesaikan permasalahan di negara bagian Rakhine. Tentunya kita akan menyampaikan berbagai langkah telah kita lakukan dengan harapan ini bisa menjadi dorongan bagi negara-negara OKI lainnya untuk mengambil langkah sama," ungkapnya.
Arrmanatha menambahkan, pertemuan luar biasa OKI itu akan menghasilkan dua dokumen, yakni komunike dan resolusi. Komunike akan memuat berbagai langkah ke depan yang dilakukan oleh OKI dalam mendukung Myanmar, sedangkan resolusi biasanya berisi posisi politis OKI dalam menanggapi permasalahan yang ada di Rakhine.
Resolusi ini terakhir diadopsi di konferensi tingkat menteri luar negeri OKI ke-43 di Kazakhstan tahun lalu.
Setelah dari Kuala Lumpur, Retno Marsudi akan terbang ke Myanmar untuk mengunjungi sekaligus menyerahkan 10 kontainer bantuan kemanusiaan pemerintah Indonesia pada pemerintah Myanmar. Penyerahan bantuan tersebut, menurut Arrmanatha, akan dilakukan di Rakhine.
Salman al-Farisi, Staf Ahli menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Kelembagaan, mengatakan dalam kunjungan ke Rakhine, Retno Marsudi juga akan meresmikan dua sekolah yang dibangun oleh Indonesia untuk melengkapi empat sekolah yang dibangun Indonesia sebelumnya.
Salman menekankan selain bantuan kemanusiaan bersifat darurat, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan lembaga-lembaga non-pemerintah yang memprioritaskan pada tiga bidang, yakni pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dia mencontohkan Walubi (Wali Umat Buddha Indonesia) berencana membangun rumah sakit di Rakhine. Dia menekankan pemerintah Indonesia juga berkomitmen meningkatkan kapasitas pengajar, tenaga medis, dan peningkatkan kapasitas di bidang ekonomi.
"Pendekatan kita adalah pendekatan inklusif dan komprehensif. Inklusif artinya bantuan Indonesia ini tidak semata-mata hanya kepada satu kelompok masyarakat, tapi juga kepada semua kelompok masyarakat ada di Rakhine. Karena persoalan kemiskinan, keterbelakangan di Rakhine tidak hanya ditanggung satu kelompok semata tapi ini menjadi permasalahan besar di Rakhine. Kita juga komperehensif, penyelesaiannya tidak hanya memberikan bahan makanan dan pakaian tapi sesuatu yang kita harapkan berkelanjutan. Karena itu disamping mendirikan sekolah, kita juga harus menyediakan upaya pengembangan kapasitas bagi para pengajarnya," ujar Salman.
Selanjutnya Arrmanatha menambahkan, pihaknya masih mengupayakan agar dalam kunjungan ke Myanmar tersebut, Menlu Retno Marsudi bisa bertemu Kanselir Aung San Suu Kyi.
Retno Marsudi Desember lalu mengunjungi kamp pengungsi muslim Rohingya di Katupalong, Bangladesh. Kamp pengungsi di perbatasan dengan Myanmar ini dihuni sekitar 19 ribu orang dan kondisinya sangat memprihatinkan. Di awal bulan itu, sebelumnya Retno Marsudi bertemu Kanselir Myanmar Aung San Suu Kyi, membahas perkembangan di Rakhine yang memanas sejak Oktober tahun lalu. [fw/em]
Your browser doesn’t support HTML5