Para Diplomat Barat Berencana Bahas Ketegangan di Timur Tengah

Menteri Luar Negeri Antony Blinken di Istana Al-Ittihadiya di Kairo, Rabu, 18 September 2024. (Foto: Evelyn Hockstein/AFP)

Menteri Luar Negeri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia akan bertemu di Paris, Kamis (19/9) membahas cara-cara untuk mendorong perundingan di Gaza

Para diplomat senior negara-negara Barat akan bertemu pada Kamis (19/9) di Paris di tengah upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan mencegah agar ketegangan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon tidak berkembang menjadi konflik yang lebih besar.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berpartisipasi dalam pembicaraan dengan para menteri luar negeri dari Inggris, Prancis, Jerman dan Italia usai menyelesaikan lawatan ke Mesir. Pembicaraan itu bertujuan untuk membahas cara-cara mendorong perundingan di Gaza.

Blinken mengatakan pada Rabu (18/9) bahwa perjanjian gencatan senjata selama satu setengah bulan terakhir telah mencapai sejumlah kemajuan. Namun, sekarang baik Israel dan Hamas harus menunjukkan “kemauan politik” untuk mencapai kesepakatan.

“Saya kira dalam perjanjian itu ada 18 paragraf, 15 di antaranya disepakati. Namun masalah yang tersisa perlu diselesaikan,” kata Blinken saat konferensi pers bersama di Kairo dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty.

BACA JUGA: Hamas Desak AS untuk Tekan Israel agar Capai Gencatan Senjata

Abdelatty mengatakan kepada wartawan melalui seorang penerjemah bahwa Hamas telah mengkonfirmasi komitmen penuhnya terhadap perjanjian gencatan senjata yang dicapai pada 27 Mei dan amandemen yang dibuat pada 2 Juli.

Pembicaraan selama berbulan-bulan dengan para pejabat AS, Mesir, dan Qatar yang menjadi penengah belum menghasilkan kesepakatan yang sesuai bagi Israel dan Hamas. Perundingan tersebut terfokus pada garis besar yang mencakup penghentian pertempuran dan pembebasan sandera yang masih ditahan oleh militan Hamas di Gaza.

AS belum memberikan jadwal untuk revisi usulan tersebut, meskipun para pejabat mengindikasikan bahwa proposal tersebut akan segera diajukan.

Tangkapan layar video yang menunjukkan walkie-talkie yang meledak di dalam sebuah rumah di Baalbek, di bagian Timur Lebanon, Rabu, 18 September 2024. (Foto: AP Photo)

Dorongan untuk gencatan senjata bisa menjadi rumit dengan serangkaian ledakan penyeranta dan walkie-talkie yang mematikan. Kedua jenis alat komunikasi tersebut digunakan oleh anggota kelompok militan Hizbullah di Lebanon.

Ledakan minggu ini terjadi tak lama setelah Israel mengumumkan perluasan perangnya melawan Hamas dengan tujuan memungkinkan penduduk Israel utara kembali ke rumah yang mereka evakuasi karena bentrokan antara pasukan Israel dan Hizbullah di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.

Hizbullah, sekutu Hamas, memulai serangannya hampir setiap hari tak lama setelah perang di Gaza dimulai, memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Hizbullah, yang seperti Hamas didukung oleh Iran, mengatakan mereka akan menghentikan serangan jika ada kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Hizbullah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh AS. Hamas telah ditetapkan sebagai kelompok teror oleh AS, Inggris, UE, dan negara-negara Barat lainnya.

BACA JUGA: Gedung Putih: Perundingan Gaza Ada Kemajuan Meski Lebanon Bergejolak

Sidang PBB

Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sidang Majelis Umum pada Rabu (18/9) mengadopsi resolusi yang menyerukan Israel untuk mengakhiri pendudukannya atas tanah Palestina dalam waktu satu tahun. Naskah tersebut juga mengusulkan sanksi dan langkah-langkah untuk mengakhiri pengiriman senjata ke Israel jika senjata tersebut dapat digunakan di wilayah Palestina.

Resolusi tersebut diadopsi dengan 124 suara mendukung dan 14 suara menentang, serta 43 suara abstain.

Resolusi-resolusi Majelis Umum tidak mengikat secara hukum, tetapi membawa dampak positif bagi komunitas internasional.

Hamas memicu konflik dengan serangannya pada Oktober 2023 di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 sandera. Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 41.200 warga Palestina, jumlah korban tewas yang menurut Israel termasuk ribuan pejuang militan. [ft/rs]

Kepala Biro Departemen Luar Negeri VOA Nike Ching, koresponden PBB Margaret Besheer, Kim Lewis dan Natasha Mozgovaya berkontribusi dalam laporan ini.