Secara global, sekitar 38 juta orang hidup dengan HIV. Sejak virus itu teridentifikasi pada tahun 1984, lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit terkait HIV atau AIDS.
Setiap tahun pada tanggal 1 Desember — peringatan Hari AIDS Sedunia — banyak orang yang merenungkan perjuangan untuk melawan salah satu pandemi paling merusak dalam sejarah.
BACA JUGA: Pekerja Seks dan Aktivis Peringati Hari AIDS SeduniaProfesor di Queen Mary University of London, Dr. Chloe Orkin telah lama mempelajari HIV.
“Sangat banyak situasi yang kaya dan miskin secara global. Bagi mereka yang tinggal di tempat di mana pengobatan tidak gratis, atau masih konvensional dan pengobatan dengan banyak efek samping, orang-orang tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa pengobatan, HIV tetap menjadi penyakit yang mengakibatkan kematian,” jelas Dr. Orkin.
Para ahli menyatakan pengobatan efektif dapat mencegah mereka yang terinfeksi HIV menularkan virus. Mereka juga menguraikan bahwa di seluruh dunia, lebih dari 50 persen dari mereka yang hidup dengan HIV adalah perempuan, dan 1,3 juta perempuan dengan HIV itu akan hamil. Perawatan yang efektif dapat mencegah penularan virus ke bayi yang belum lahir.
Dr. Orkin dari Inggris memimpin upaya global untuk mengembangkan pengobatan pertama HIV untuk jangka panjang. Ia menambahkan bahwa perawatan seperti beberapa suntikan setiap dua bulan kini tersedia.
“Di daerah, tempat saya tinggal, itu bisa mencapai enam hari pengobatan dalam setahun bagi seseorang dengan HIV. Itu sangat berbeda dengan pengobatan 365 hari setahun yang harus dijalani. Jadi, ini adalah terobosan nyata,” tambahnya.
BACA JUGA: Dukungan Keluarga, Komunitas Paling Dibutuhkan Orang dengan HIV/AIDSBeberapa peneliti AS sedang mempelajari perawatan dengan sistem kekebalan para pasien untuk melawan HIV tanpa menggunakan obat. Di Boston, Dr. Bruce Walker adalah seorang dokter dan ilmuwan yang telah mempelajari pasien HIV selama 4 dekade.
Dr. Bruce Walker, direktur Ragon Institute mengemukakan, “Ternyata beberapa orang mampu mengendalikan HIV dengan sistem kekebalan mereka sendiri. Itu benar-benar mengarahkan kami untuk berupaya memahami bagaimana hal itu mungkin terjadi.”
Salah seorang pasien, Loreen Willenberg, didiagnosis positif HIV pada tahun 1992 akan tetapi gejalanya tidak pernah tampak. “Dalam 29 setengah tahun, saya tidak pernah atau perlu minum obat HIV. Saya merasa bersyukur,” tuturnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Dr. Walker bersama rekan-rekannya di Ragon Institute berpandangan suatu hari akan ada kemungkinan untuk menyembuhkan mereka yang terinfeksi HIV.
Akan tetapi Hari AIDS Sedunia mengingatkan kita bahwa HIV belum hilang. Dengan pendanaan dan perhatian yang kini terfokus pada pandemi COVID-19, pengetesan HIV menurun dan uji coba mengalami gangguan — suatu keadaan yang mengkhawatirkan para pakar HIV dan mereka yang mengidap penyakit tersebut. [mg/lt]