Pasukan Irak Kibarkan Bendera di atas Kompleks Pemerintah di Ramadi

  • Edward Yeranian

Seorang tentara Irak memegang bendera nasional di atas kompleks pemerintah di Ramadi tengah, Irak, 28 Desember 2015.

Unit-unit pasukan Irak di dukung oleh pejuang suku Sunni dan brigade polisi yang sebagian besar Shiah telah merebut pusat kota Ramadi ibukota provinsi Anbar setelah berminggu-minggu bertempur melawan militan ISIS.

Televisi pemerintah Irak menayangkan video pasukan pemerintah naik ke atap kantor pusat pemerintah di Ramadi dan mengibarkan bendera Irak. Pusat kota itu jatuh ke tangan militan ISIS bulan Mei ketika tentara yang menjaga kompleks pemerintah yang sama melarikan diri.

Gubernur provinsi Souheib al Rawi berpidato kepada penduduk Anbar dan mengatakan merebut kembali kompleks pemerintah itu dari ISIS menandai dimulainya pembebasan bagian selebihnya provinsi Anbar. Ia berterima kasih kepada para pejuang suku, AU dan perdana menteri Irak karena membantu memenangkan pertempuran itu sehingga keluarga-keluarga bisa kembali ke rumah-rumah mereka. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada koalisi pimpinan Amerika karena memberibantuan dari udara.

Video pusat kota Ramadi dan distrik-distrik lainnya menunjukkan kerusakan luas dan banyak kawasan penduduk tampak hancur. Seorang komandan militer, Jenderal Abdel Ghani Al Assadi, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa militan ISIS meranjau banyak bangunan dan menyerang tentaranya dengan bom-bom mobil.

Anggota pasukan elit kontra terorisme Irak mengamankan daerah Hoz, Ramadi, setelah jihadis ISIS meninggalkan basis terakhir mereka di provinsi Anbar, 27 Desember 2015.

Ia mengatakan tentaranya berkorban dan banyak yang tewas dalam pertempuran sengit melawan ISIS yang menghantam mereka dengan bom-bom mobil, ranjau dan meranjau bangunan.

Gubernur provinsi Souheib al Rawi mengklaim bahwa 1000 pejuang ISIS tewas dalam pertempuran untuk merebut kembali Ramadi. Meski demikian media Arab melaporkan banyak yang melarikan diri lewat terowongan-terowongan dan lolos menyeberangi Sungai Euphrates yang mengalir di utara kota itu.

James Danselow dari Pusat Kebijakan Luar Negeri yang berbasis di London mengatakan kepada VOA bahwa kesuksesan operasi itu akan ditentukan oleh apakah penduduk Sunni kembali ke kota itu.

Pada akhirnya bagi penduduk Sunni untuk kembali mereka perlu merasa bahwa ada pasukan di sana yang akan melindungi kepentingan mereka. Tidak akan ada pembalasan terhadap mereka yang kembali. Sebagaimana yang kita saksikan di masa lalu pada kota-kota lain yang dibebaskan, ada banyak kelompok bersenjata berbeda yang beroperasi di bawah bendera yang berbeda-beda di Irak saat ini dan itu tidak baik bagi persatuan Irak.

Komandan-komandan Irak kini memusatkan perhatian mereka untuk merebut kembali Mosul, kota kedua terbesar Irak dari ISIS. Tapi Denselow memperingatkan bahwa fakta militan ISIS dengan jumlah yang relatif kecil bisa melawan pasukan yang jauh lebih besar dalam waktu yang sangat lama dengan tingkat kehancuran sebesar itu adalah pertanda yang mengkhawatirkan atas apa yang bakal terjadi. [my/al]