PBB telah meminta bantuan darurat sebesar 274 juta dollar bagi sekitar 7,5 juta warga Yaman ditengah konflik yang terus memburuk. Kebutuhan yang paling darurat diantaranya adalah pasokan medis, air minum bersih, perlindungan bagi warga sipil, makanan dan tempat pengungsian.
PBB mengatakan konflik di Yaman semakin memburuk sejak Arab Saudi mulai menggempur pemberontak Houthi lewat udara kira-kira tiga minggu lalu. PBB mengatakan jutaan orang di 18 dari ke-22 propinsi negara itu mengalami kelangkaan bahan bakar, pangan, air, pasokan medis dan berbagai kebutuhan mendasar lainnya.
Jens Laerke, juru bicara kantor PBB yang mengkoordinasi urusan kemanusiaan, mengatakan hampir tidak ada wilayah sipil di Yaman yang tidak dilanda kekerasan.
“Rumah sakit, sekolah, bandara dan masjid semuanya rusak dan hancur diseluruh pelosok Yaman. Juga ada sejumlah laporan pelanggaran HAM berat dan hukum kemanusiaan internasional," ujar Laerke. "Setidaknya 150.000 orang telah mengungsi. Jumlah orang yang kekurangan makanan telah naik dari 10,6 juta menjadi 12 juta orang. Harga pangan telah meroket lebih dari 40 persen di beberapa lokasi dan harga BBM telah meningkat 400 persen.”
Kantor HAM PBB menyebut paling tidak 405 warga sipil dikatakan tewas dan 785 lainnya cedera akibat pertempuran. Badan-badan bantuan mengatakan tidak memiliki data akurat mengenai total jumlah korban, baik di pihak-pihak yang berperang maupun warga sipil, tetapi sependapat angkanya melampaui 1.000 orang.
Cedric Schweizer, ketua delegasi Komite Palang Merah Internasional di Yaman, menyaksikan situasi di negara itu yang memburuk dengan cepat. Berbicara lewat telpon dari Sana’a, ibukota Yaman, ia menyebut situasinya bergejolak dan sangat rumit.
Schweizer mengatakan sangat berbahaya untuk menyalurkan bantuan bagi warga Yaman. Menurutnya, para pekerja bantuan sering diserang sementara ambulans menjadi sasaran dan sering dicuri.
Kata Schweizer, banyak rumah sakit tidak memiliki sambungan listrik sehingga butuh BBM untuk mengoperasikan generator.
Hal penting lain, menurutnya, adalah minimnya persediaan obat untuk penyakit kronis. Karena ada embargo impor obat-obatan itu, Schweizer cemas banyak warga akan tidak mendapat perawatan dan menanggung efek yang parah.
Kantor PBB urusan anak UNICEF melaporkan bahwa 160.000 balita di Yaman menderita kekurangan gizi parah dan memperingatkan angkanya akan bertambah.