PBB: Penembakan Pesawat Sipil Bisa Merupakan Kejahatan Perang

Navi Pillay, Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB

Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB mengatakan penembakan jatuh pesawat Malaysia Airlines, MH-17 di Ukraina timur yang dikuasai pemberontak mungkin mengandung unsur kejahatan perang.

Navi Pillay hari Senin mengatakan dalam sebuah pernyataan, aksi mengerikan itu merupakan pelanggaran hukum internasional yang mungkin mengandung unsur kejahatan perang. Ia menyerukan agar diadakan penyelidikan segera, menyeluruh, efektif, independen dan tidak memihak terhadap jatuhnya pesawat itu.

Pillay mengatakan setiap upaya akan dilakukan untuk memastikan bahwa siapa pun yang melakukan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dalam konflik di Ukraina, termasuk kejahatan perang akan dibawa ke pengadilan, tidak peduli siapa mereka.

Sebuah tim peneliti Belanda dan Australia memperbaharui upaya untuk memperoleh akses ke lokasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines, nomor penerbangan 17 di Ukraina timur.

Deputi Komisaris Polisi Federal Asutralia Andrew Colvin mengatakan para peneliti dan pemantau dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) akan berusaha lagi hari Senin. Pertempuran di daerah itu mencegah mereka pergi ke lokasi jatuhnya pesawat hari Minggu.

Colvin memperingatkan bahwa mungkin diperlukan beberapa hari sampai mereka merasa aman.

Dalam perkembangan lain, Departemen Luar Negeri Amerika merilis gambar-gambar satelit hari Minggu yang menunjukkan apa yang dikatakannya adalah bukti bahwa pasukan Rusia menembakkan roket dan artileri melintasi perbatasan ke Ukraina timur.

Gambar-gambar yang dirilis dalam dokumen empat halaman itu menunjukkan apa yang dikatakan oleh para analis Amerika banyak peluncur roket dan tembakan artileri yang berasal dari wilayah Rusia. Gambar-gambar lain menunjukkan lubang akibat tembakan artileri di dekat posisi-posisi militer di Ukraina timur, di mana pasukan pemerintah memerangi separatis pro-Rusia.

Moskow belum mengomentari gambar-gambar itu, yang dirilis selagi pertempuran berkecamuk di dekat kota Donetsk, Ukraina timur yang dikuasai pemberontak.

Secara terpisah, sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry, berbicara melalui telepon dengan menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyerukan penghentian segera tembakan senjata berat lintas perbatasan.