Konferensi perdamaian Suriah PBB yang telah lama ditunggu-tunggu akan diselenggarakan tanggal 22 Januari di Jenewa.
Sekjen PBB Ban Ki-moon mengumumkan tanggal penyelengaraan Konferensi perdamaian Suriah, Senin (25/11), dan mengatakan ia berharap pemerintah Suriah dan oposisi menghadirinya dengan niat serius untuk mengakhiri perang di negara itu.
Ban menambahkan sungguh tidak bisa dimaafkan bila tidak memanfaatkan kesempatan tersebut.
Tujuan dari pembicaraan itu adalah agar kedua pihak menyepakati penyelesaian politik yang mencakup pembentukan otoritas transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.
Selama berbulan-bulan, konperensi yang diusulkan itu telah tertunda karena munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai siapa yang akan hadir dan apa persyaratan menyelenggarakannya.
Pernyataan PBB itu tidak mencakup rincian mengenai siapa yang akan berpartisipasi, namun menyatakan, Ban mengharapkan semua mitra regional dan internasional menunjukkan dukungan mereka bagi pembicaraan yang konstruktif.
Konflik Suriah dimulai Maret 2011 sewaktu protes-protes damai yang menyerukan reformasi, yang merupakan bagian gelombang dari pergolakan rakyat, menyebar di berbagai penjuru Timur Tengah dan Afrika Utara. Situasinya kemudian berubah menjadi perang saudara yang menewaskan lebih dari 120 ribu orang dan memaksa jutaan orang pergi mengungsi.
Ban menambahkan sungguh tidak bisa dimaafkan bila tidak memanfaatkan kesempatan tersebut.
Tujuan dari pembicaraan itu adalah agar kedua pihak menyepakati penyelesaian politik yang mencakup pembentukan otoritas transisi dengan kekuasaan eksekutif penuh.
Selama berbulan-bulan, konperensi yang diusulkan itu telah tertunda karena munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai siapa yang akan hadir dan apa persyaratan menyelenggarakannya.
Pernyataan PBB itu tidak mencakup rincian mengenai siapa yang akan berpartisipasi, namun menyatakan, Ban mengharapkan semua mitra regional dan internasional menunjukkan dukungan mereka bagi pembicaraan yang konstruktif.
Konflik Suriah dimulai Maret 2011 sewaktu protes-protes damai yang menyerukan reformasi, yang merupakan bagian gelombang dari pergolakan rakyat, menyebar di berbagai penjuru Timur Tengah dan Afrika Utara. Situasinya kemudian berubah menjadi perang saudara yang menewaskan lebih dari 120 ribu orang dan memaksa jutaan orang pergi mengungsi.