Pelatihan Bagaimana Menangkal Pelanggaran Seksual

  • Carolyn Presutti

Pelanggaran seksual oleh produser film Hollywood Harvey Weinstein menimbulkan dampak yang dikenal sebagai “The Weinstein Effect” (foto: ilustrasi).

Sejumlah tuduhan tentang perilaku pelanggaran seksual baru-baru ini yang dilakukan oleh produser film Hollywood Harvey Weinstein menimbulkan dampak pada papan atas dunia bisnis. “The Weinstein Effect” membuat sejumlah laki-laki dalam posisi berkuasa menghadapi tuduhan serupa.

Hal ini juga meningkatkan kesadaran tentang batas antara lelucon yang bersahabat dengan motif yang tidak nyaman, dan kadangkala kriminal. Wartawan VOA Carolyn Presutti mengajak kita ke kelas yang mengajarkan bagaimana melakukan intervensi jika orang melihat terjadinya pelecehan seksual.

Potter’s House lebih dari sekedar kedai kopi. Selain menyediakan minuman kopi, tempat itu juga merupakan tempat yang aman untuk beristirahat atau untuk bekerja.

Manajer di tempat ini ingin menciptakan rasa persahabatan. Itu dimulai dengan letak mesin espresso.

Dua tahun lalu Potter’s House memindahkan letak mesin espresso yang tadinya menghadap dinding ke posisi yang membuat barista menghadap pelanggan sehingga mereka bisa berinteraksi lebih baik dengan pembeli.

Dengan banyaknya tuduhan pelecehan dan penganiayaan seksual yang menjadi berita besar, kini industri restoran mengamati interaksi antara pelanggan dan pramulayan secara lebih seksama.

‘’Saya pernah menyaksikan situasi di mana seseorang dilecehkan secara seksual dan saya merasa tidak enak, tetapi tidak tahu harus melakukan apa," kata Tyler Phillips.

Jadi Potter’s House kini melatih para stafnya. Melissa Yeo di Collective Action for Safe Spaces mengatakan, “Jika mereka merasa bisa lolos dari tindakan itu dan tidak ada seorang pun yang angkat bicara, besar kemungkinan mereka akan melakukannya lagi.”

Melissa Yeo mengajar cara melakukan intervensi dan meredakan situasi.

“Kita bisa melakukan sesuatu yang kecil dan secara halus, bisa pula secara langsung, tergantung pada cara yang dirasa nyaman oleh orang yang melakukan intervensi,” katanya.

Peserta latihan ini membahas bagaimana industri jasa – di mana ada hierarki alami antara pelayan dan pembeli – sangat mudah menjadi tempat terjadinya diskriminasi. Dari kesenjangan generasi…

“Ia minta maaf dan mengatakan bahwa ia berusia 50an tahun dan dari era berbeda.”

Hingga minuman keras, “Orang itu mabuk dan mulai membuat keributan.”

Sampai gender. “Saya bersembunyi di balik konter, di lantai, dan menangis.”

Kelas ini mengemukakan berbagai tindakan yang dapat dilakukan -

‘’Saya akan angkat suara.’’

-dan membahas mana yang lebih ekstrem. Kemudian mereka melakukan role-play untuk lebih memahami hal-hal yang peka. Idenya adalah memperoleh keterampilan ini dan menerapkannya di tempat kerja. Tidak saja untuk membantu rekan sekerja, tetapi juga untuk menghentikan tindakan tidak layak yang dilakukan kepada mereka. [em/ds]