Pemberontak Suriah Rebut Kota Penting dari ISIS

Pemberontak Suriah melawan jihadis ISIS di pinggiran kota Dabiq, 15 Oktober 2016.

Pemberontak Suriah dukungan Turki telah merebut Dabiq, kota di Suriah Utara yang secara simbolis penting, dari militan ISIS. Sementara itu Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropanya bertemu di London untuk membahas cara mengakhiri konflik Suriah yang kini memasuki tahun ke-enam.

Dabiq, yang terletak 10 kilometer dari perbatasan Turki, dinubuatkan dalam ajaran Sunni sebagai lokasi pertempuran penghabisan antara pasukan Kristen dan Muslim. Majalah ISIS di Internet dinamai Dabiq pada tahun 2014. Setiap edisi terbaru Dabiq diawali dengan kutipan pernyataan Abu Musab al-Zarqawi, penasihat pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, yang menyebut “Api telah disulut di Irak, dan kobarannya akan membesar hingga membakar pasukan Salib di Dabiq.”

Turki, yang mendukung operasi untuk merebut kembali kota itu, memulai serangan-serangan melintas batas terhadap kubu pertahanan ISIS pada 24 Agustus lalu. Serangan semacam itu, yang belum pernah terjadi sebelumnya, berlangsung hanya beberapa hari setelah Turki mengaitkan pasukan ISIS dengan serangan bom bunuh diri di sebuah acara pernikahan di Gaziantep. Serangan di kota Turki di dekatnya itu menewaskan 51 orang. Ketika itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan garis depan Suriah harus “dibersihkan sepenuhnya” dari ISIS.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry berada di London untuk melakukan pembicaraan lagi mengenai Suriah. Ia mengatakan pertemuan di Swiss dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan beberapa negara Timur Tengah sehari sebelumnya telah menghasilkan “beberapa gagasan yang perlu segera ditindaklanjuti.” Ia tidak merinci gagasan tersebut.

Pembicaraan di Lausanne itu berlangsung kurang dari dua pekan setelah Washington menangguhkan pembicaraan bilateral dengan Moskow menyusul ambruknya gencatan senjata rapuh di Aleppo. Kerry mengatakan kepada wartawan bahwa para perunding “bekerja sangat keras” untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di kota yang dicabik perang itu.

Amerika Serikat dan mitra-mitra koalisinya menuduh pemerintah presiden Suriah Bashar al-Assad dan sekutu-sekutu Rusianya melancarkan serangan bom maut yang membabi buta di Aleppo Timur yang dikuasai pemberontak.

Para pemantau menyatakan serangan udara Rusia dan Suriah serta gempuran artileri Suriah telah menewaskan ratusan warga sipil di kota itu, dan memutuskan pengiriman pasokan yang sangat dibutuhkan lebih dari 250 ribu warga Aleppo lainnya sejak September lalu. [uh]