Menanggapi harapan pemerintah tersebut, Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI, Silmy Karim ingin agar pemerintah juga mampu mendukung para pengusaha muda dengan cara menciptakan iklim investasi yang kondusif
Sudah saatnya menurut Wakil Ketua HIPMI, Silmy Karim industri di Indonesia memiliki teknologi canggih sehingga mampu membuat produk-produk berkualitas tinggi sekaligus siap pakai sehingga lebih diminati konsumen. Langkah tersebut menurutnya akan mampu menyerap banyak tenaga kerja dan mampu bersaing dengan produk-produk asing. Namun diingatkannya untuk mencapainya perlu didukung situasi ekonomi dan politik yang kondusif agar para pengusaha muda merasa aman dan nyaman dalam mengembangkan berbagai inovasi.
Silmy mengatakan, “Saat ini harus sudah dimulai untuk melakukan kegiatan ekonomi yang bernilai tambah, nilai tambah itu setelah ada kemajuan di sektor industri, ada bahan baku diolah menjadi barang jadi, apapun peningkatannya itu penambahan nilai, jadi HIPMI ke depan dan menurut saya ini bisa juga berlaku secara nasional harus memulai dengan ekonomi bernilai tambah jika tidak mau tersisih dalam perekonomian global 10-25 tahun kedepan, itu mutlak”.
Di tengah tekanan produk-produk impor serta kemampuan pengusaha besar saat ini menurut Silmy Karim, HIPMI juga selalu berusaha agar mampu bertahan bahkan berkontribusi untuk perekonomian negara. “Minimal HIPMI tidak membebani pemerintah karena berusaha dengan ada tidaknya pemerintah dan membayar pajak lho, ada 40 ribu anggota,” ujar Sylmi.
Sebelumnya usai penutupan Forum Ekonomi Dunia 2011, Selasa malam di Jakarta, Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu menegaskan saat ini kesempatan bagi Indonesia untuk menekan angka pengangguran karena minat investor menanam modalnya di Indonesia semakin meningkat. Situasi itu juga menurut menteri Mari Elka sebagai tantangan bagi para pengusaha muda. “Sangat, istilahnya itu bahasa investment itu bullish mengenai Indonesia, minatnya sangat tinggi mengenai Indonesia untuk investasi maupun untuk melakukan pendekatan bisnis dari berbagai bidang,” demikian, ujar Mendag Mari Pangestu.
Hal senada disampaikan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM, Gita Wirjawan. Bahkan ia menilai saatnya para pelaku industri memiliki orientasi pendidikan lebih tinggi dalam menjalankan usahanya terutama di kalangan pengusaha muda. Menurutnya tenaga kerja di Indonesia harus lebih cerdas agar mampu mengembangkan berbagai usaha dan tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Ia mengatakan, “saya rasa yang sangat fundamental adalah penyikapan untuk pendidikan agar itu mempunyai singkronisasi dengan industrialisasi atau upaya kita untuk melakukan industrialisasi ke depan, dan itu akan sangat berdampak kesetiap lapisan di industri, apakah itu small medium, atau pun yang mikro dan juga yang ke atasnya”
Menurut Data Badan Pusat Statistik atau BPS, angka pengangguran di Indonesia hingga Februari 2011 sekitar 8,12 juta orang. Angka tersebut turun dari sebelumnya yang mencapai sekitar 8,59 juta orang menganggur. Meski mengalami penurunan namun dengan diubahnya asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari semula 6,4 persen menjadi 6,5 persen maka pemerintah menegaskan akan terus berupaya mampu mengurangi angka pengangguran terutama untuk menggerakan sektor industri. Selain sektor industri, sektor-sektor lain yang diandalkan mampu menyerap banyak tenaga kerja diantaranya pertanian, perdagangan dan jasa kemasyarakatan.