Pemimpin Gereja Koptik Mesir Meninggal Dunia

Para penganut Koptik yang berkabung antri berjam-jam di muka katedral di Kairo untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin gereja mereka, Paus Shenouda, yang meninggal pada hari Sabtu (3/17/2012) dalam usia 88 tahun.

Mesir sedang berkabung karena pemimpin Gereja Koptik, Paus Shenouda, meninggal dunia hari Sabtu pada usia 88 tahun.

Para penganut Koptik yang berkabung antri berjam-jam di muka katedral di Kairo untuk memberikan penghormatan terakhir kepada satu-satunya pemimpin gereja yang mereka kenal. Paus Shenouda yang memimpin Gereja Koptik selama 40 tahun bukan hanya memperkuat banyak penganutnya dalam kehidupan keagamaan, tetapi juga dalam arena politik Mesir yang semakin berhaluan Islam.

Warga Kairo Nashaat Nagy berdiri dengan sabar bersama putrinya yang masih kecil dalam kerumunan yang memadati jalan-jalan utama dan di sekitar katedral Abassaya. Ia mengatakan, “Kami datang untuk melihat Paus Shenouda untuk yang terakhir kalinya. Kami mengenalnya selama 40 tahun. Ia adalah satu-satunya orang yang kami percayai di Mesir.”

Berpulangnya Shemouda hari Sabtu terjadi pada saat kelompok penganut Kristen Koptik yang jumlahnya di Mesir diperkirakan 10 juta, seperti Wadie Agaiby, mengkhawatirkan kemunculan Islam di dunia politik setelah jatuhnya Presiden Hosni Mubarak.

“Ini saat yang sulit bagi kami, karena kami tidak tahu apa yang harus kami perbuat,” ujar Agaiby.

Warga Kristen Koptik Mesir membawa gambar pemimpin Gereja Koptik, Paus Shenouda, yang meninggal dunia hari Sabtu (17/3).

Shenouda, Paus Alexandria ke-117 dan Pemimpin Gereja Koptik seluruh Afrika, memimpin gereja lewat apa yang disebut banyak orang dengan tangan besi, tetapi penuh cinta kasih. Ia kerap bisa mengendalikan kemudi politik agama yang berbahaya pada masanya. Ia dibuang Presiden Anwar Sadat pada awal 1980-an ke biara di gurun, di mana dia akan dimakamkan hari Selasa, tetapi berhasil kembali dan meniti jalan secara hati-hati dengan Presiden Mubarak. Ia menyeimbangkan dukungan bagi pemerintah dengan pendekatan konservatif, yang oleh sebagian pihak dikecam sebagai terisolasi. Hasilnya, hal itu menyatukan umatnya dan mencegah konflik dengan Muslim yang merupakan mayoritas penduduk Mesir.

Tetapi kemudian terjadi konflik, dengan serangan-serangan terhadap warga Kristen yang semakin kuat, khususnya sejak Mubarak dijatuhkan. Kekerasan dilakukan baik oleh kelompok ektremis maupun pemerintah sendiri. Sedikitnya 26 orang tewas bulan Oktober dalam penumpasan oleh polisi terhadap demonstrasi warga Koptik di Kairo.

Di depan katedral hari Minggu, pendeta Koptik Bemen Shakr berbicara tentang optimisme dan ketaatan Shenouda dalam masa-masa yang bahkan sulit.

Shakr mengatakan Shenouda mengandalkan tiga ungkapan ketika menghadapi masalah sulit, yaitu “masalah itu pada akirnya akan terselesaikan, segala sesuatu akan menuju kepada kebaikan, dan Tuhan selalu ada di sana.”

Iman itu menambahkan kehadiran paus baru akan menjadi penting dalam beberapa bulan mendatang, selagi Mesir merancang konstitusi baru dan memilih presiden baru. Penunjukan pemimpin gereja Koptik yang baru diperkirakan akan dilakukan setelah masa berkabung 40 hari.