Pemimpin Muslim Tanggapi Pidato Trump dengan Harapan

Zalmay Khalilzad, mantan Duta Besar AS untuk Afghanistan, Irak, dan PBB (foto: dok). Mantan diplomat Muslim AS itu memuji tawaran Trump untuk “membangun kemitraan dengan negara-negara mayoritas Muslim" dalam pidato di Riyadh, Arab Saudi.

Banyak Muslim di seluruh dunia bereaksi positif atas pidato Presiden AS Donald Trump hari Minggu di hadapan puluhan pemimpin Arab dan Muslim pada KTT Arab Islam Amerika di ibukota Saudi, Riyadh. Di sana, Trump menyerukan persatuan Muslim untuk melawan terorisme.

Semasa kampanye pilpres 2016, Trump pernah menyerukan "pelarangan masuk sepenuhnya" bagi Muslim yang ingin memasuki AS. Tetapi hari Minggu dia menguraikan visinya bagi hubungan AS-Muslim dan perlunya negara-negara Muslim untuk bergabung melawan terorisme, mengatakan perjuangan melawan terorisme adalah "pertempuran antara kebaikan dan kejahatan."

Sejumlah pemimpin Muslim dan pengamat mengatakan inisiatif AS-Saudi akan membantu menghalau meluasnya gelombang ekstremisme di kawasan itu.

"Presiden Trump menyampaikan pidato efektif yang memusatkan perhatian pada salah satu tantangan besar yang dihadapi Timur Tengah dan dunia: terorisme dan ekstremisme," kata Zalmay Khalilzad, mantan Duta Besar AS untuk Afghanistan, Irak, dan PBB.

Mantan diplomat Muslim AS itu memuji tawaran Trump untuk "membangun kemitraan dengan negara-negara mayoritas Muslim untuk memajukan perdamaian dan kesejahteraan."

"Bravo Presiden Trump," kata Anwar Gargash, menteri negara Uni Emirat Arab urusan luar negeri, lewat Twitter. "Pidato yang efektif dan bersejarah yang menguraikan pendekatan terhadap ekstremisme dan terorisme dengan cara terhormat dan bersahabat."

Robertus Robet, seorang pengamat Indonesia, meyakini pidato itu mengisyaratkan bahwa AS tidak mau lagi jadi yang terdepan dalam perang melawan terorisme.

"Amerika akan memainkan peran pendukung dan negara-negara di Timur Tengah yang berada di depan dalam perang yang dikatakan antara kebaikan dan kejahatan,” kata Robert kepada VOA.

"Apakah nantinya akan direalisasikan dalam bentuk kebijakan dimana pasukan AS tidak akan lagi di garis depan, dan diplomasi memainkan peranan lebih besar di masa depan, kita lihat nanti," tambahnya.

Di Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, juru bicara Kementerian Luar Negeri Armanatha Nasir hari Sabtu mengatakan pertemuan Riyadh itu penting karena "itu adalah pertama kalinya pertemuan antara pemerintahan AS yang baru dan negara-negara Muslim membahas isu-isu yang memprihatinkan bagi kita semua, terutama terkait perlawanan terhadap radikalisme dan terorisme."

Indonesia pernah dilanda serangkaian serangan teror. Sebanyak 384 orang telah bergabung dengan kelompok ISIS, menurut badan kontraterorisme Indonesia.

Sebagian pengamat Muslim mengatakan pidato itu akan membantu Trump memperbaiki hubungan dengan dunia Muslim.

"Pendekatan yang halus dan positif dalam pidato Trump akan membantu menghapuskan keraguan kalangan Muslim mengenai retorika-retorikanya semasa kampanye pilpres," kata Siraj Wahab, wakil redaktur harian Arab News di Jeddah.

Para pengamat mengatakan pidato hari Minggu itu akan melembutkan citra Trump di negara-negara mayoritas Muslim. [vm]