Pertemuan Puncak Dua Korea Masuki Tahap Perencanaan

  • Brian Padden

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha (kiri) saat bertemu Deputi Menlu AS John Sullivan, di Washington DC, Jumat (16/3).

Upaya-upaya diplomatik semakin meningkat untuk mengoordinasi logistik dan agenda bagi kemungkinan pertemuan puncak antara Korea Utara dan Korea Selatan dan kemudian dengan AS, untuk merundingkan perjanjian untuk mengakhiri program senjata nuklir Korea Utara.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un membuka pintu bagi perundingan pelucutan nuklir dengan menyetujui pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Selatan Moon Jae-In, dan menyampaikan undangan untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.

Kim Jong Un setuju untuk membahas upaya untuk mengakhiri program senjata nuklir negaranya. Dalam setahun belakangan, Korea Utara telah meningkatkan upaya untuk mengembangkan rudal balistik antar benua yang bisa mencapai daratan Amerika. Kim juga setuju untuk menunda uji coba senjata yang provokatif lainnya sementara perundingan berlangsung.

Baca juga: Korut, Korsel Persiapkan Penyelenggaraan KTT Nuklir

Keputusan Presiden Trump untuk menyetujui perundingan denuklirisasi sebelum akhir Mei membuat para sekutu dan musuh terkejut. Namun pemerintahan Trump telah mengatakan bahwa kampanye “tekanan maksimumnya” yang keras akan tetap diberlakukan sampai sebuah perjanjian disepakati.

Di bawah Trump, AS telah meimpin upaya-upaya internasional untuk menjatuhkan sanksi-sanksi ekonomi lebih berat terhadap Korea Utara dan telah menekankan bahwa aksi militer juga merupakan satu pilihan yang mungkin untuk mengakhiri ancaman nuklir yang semakin besar.

Korea Utara belum mengukuhkan keterlibatannya dalam pertemuan puncak manapun, tapi Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha mengatakan hari Minggu (18/3) bahwa kepemimpinan di Pyongyang masih berusaha menyusun tanggapan atas upaya diplomatik Trump.

“Saya rasa kita semua cukup terkejut dengan kesiapan dari keputusan itu. Saya rasa itu adalah keputusan yang sangat berani dari sisi Presiden Trump. Kami yakin pemimpin Korea Utara kini sedang mempertimbangkannya,” ungkap Menlu Kang.

Menlu Korea Selatan tidak terganggu dengan fakta bahwa komitmen Kim Jong Un untuk terlibat dalam perundingan denuklirisasi sejauh ini hanya dikomunikasikan lewat utusan tingkat tinggi Korea Selatan yang bertemu dengan pemimpin Korea Utara itu.

“Signifikasi kata-katanya cukup besar mengingat ini adalah pertama kalinya kata-kata itu datang langsung dari pemimpin Korea Utara itu sendiri, dan itu belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Kang.

Indikasi lain bahwa pertemuan puncak AS-Korea Utara sudah memasuki tahap perencanaan adalah bahwa menteri luar negeri Korea Utara Ri Yong Ho mengunjungi mitranya dari Swedia Margot Wallstrom pada akhir pekan untuk membicarakan soal keamanan.

Kunjungan Ri itu telah memicu spekulasi bahwa Stockholm mungkin akan menjadi tuan rumah pertemuan Donald Trump – Kim Jong Un. Banyak pengamat mengatakan Trump sebaiknya mencari tempat pertemuan yang netral bagi kedua pemimpin, dan untuk menunda kunjungan kepresidenan ke Pyongyang, langkah yang akan semakin meningkatkan legitimasi pemerintahan Kim, sampai setelah konsesi denuklirisasi yang siginifikan dicapai.

Media Korea Selatan juga melaporkan ada kemajuan dalam upaya untuk membebaskan tiga warga AS yang ditahan di Korea Utara dalam pembicaraan di Swedia itu. [vm/jm]