Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon berada di Rusia, dan menekankan pentingnya tidak kehilangan momentum dalam pembicaraan terkait pelaksanaan konferensi perdamaian mengenai Suriah bulan depan.
Sekjen PBB Ban Ki-moon berada di Rusia, di mana ia telah menyatakan penting untuk tidak kehilangan momentum dalam pembicaraan tentang penyelenggaraan konferensi perdamaian mengenai Suriah bulan depan.
Ban mengatakan kepada wartawan hari Jumat bahwa momentum yang diperoleh dari pembicaraan baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov harus terus dibangun, bukannya disia-siakan. Ia juga mengatakan satu tim PBB siap untuk sewaktu-waktu menyelidiki klaim bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia dalam menghadapi pemberontak.
Ban berada di kota resor Sochi di kawasan Laut Hitam untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin guna melakukan pembicaraan mengenai Suriah.
Lavrov mengulangi seruan Ban mengenai tindakan secepatnya, seraya mengatakan bahwa semakin cepat konferensi perdamaian internasional mengenai Suriah diadakan, akan semakin baik. Ia juga meminta Suriah agar mengizinkan inspeksi mengenai senjata kimia.
Rusia sedang mengupayakan keikutsertaan sekutu Suriah, Iran, dan sekutu Barat, Arab Saudi, dalam pembicaraan tersebut, sambil menuduh Amerika berusaha membatasi jumlah peserta konferensi.
Juga Jumat, surat kabar New York Times melaporkan Rusia telah mengirim lebih banyak lagi misil penjelajah canggih ke Suriah. Pada saat bersamaan, Rusia menyatakan tidak ingin melihat Assad terus berkuasa.
Hari Kamis, kelompok Human Rightst Watch yang berbasis di Amerika menyatakan memiliki bukti bahwa lembaga keamanan pemerintah di kota Raqqa, Suriah, memiliki dokumen dan bukti fisik bahwa para tahanan dipenjarakan secara sewenang-wenang dan dianiaya. Kelompok itu menyatakan anggotanya mendapatkan bukti tersebut sewaktu Raqqa berada di bawah kekuasaan pemberontak awal tahun ini.
Sebelumnya, Presiden Amerika Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan mereka akan terus menekan presiden Suriah untuk mundur.
Obama mengatakan dalam jumpa pers bersama di Gedung Putih bahwa ia dan Erdogan sepakat bahwa Presiden Bashar al-Assad sebaiknya menyerahkan kekuasaan kepada sebuah badan transisi.
Ban mengatakan kepada wartawan hari Jumat bahwa momentum yang diperoleh dari pembicaraan baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov harus terus dibangun, bukannya disia-siakan. Ia juga mengatakan satu tim PBB siap untuk sewaktu-waktu menyelidiki klaim bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia dalam menghadapi pemberontak.
Ban berada di kota resor Sochi di kawasan Laut Hitam untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin guna melakukan pembicaraan mengenai Suriah.
Lavrov mengulangi seruan Ban mengenai tindakan secepatnya, seraya mengatakan bahwa semakin cepat konferensi perdamaian internasional mengenai Suriah diadakan, akan semakin baik. Ia juga meminta Suriah agar mengizinkan inspeksi mengenai senjata kimia.
Rusia sedang mengupayakan keikutsertaan sekutu Suriah, Iran, dan sekutu Barat, Arab Saudi, dalam pembicaraan tersebut, sambil menuduh Amerika berusaha membatasi jumlah peserta konferensi.
Juga Jumat, surat kabar New York Times melaporkan Rusia telah mengirim lebih banyak lagi misil penjelajah canggih ke Suriah. Pada saat bersamaan, Rusia menyatakan tidak ingin melihat Assad terus berkuasa.
Hari Kamis, kelompok Human Rightst Watch yang berbasis di Amerika menyatakan memiliki bukti bahwa lembaga keamanan pemerintah di kota Raqqa, Suriah, memiliki dokumen dan bukti fisik bahwa para tahanan dipenjarakan secara sewenang-wenang dan dianiaya. Kelompok itu menyatakan anggotanya mendapatkan bukti tersebut sewaktu Raqqa berada di bawah kekuasaan pemberontak awal tahun ini.
Sebelumnya, Presiden Amerika Barack Obama dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan mereka akan terus menekan presiden Suriah untuk mundur.
Obama mengatakan dalam jumpa pers bersama di Gedung Putih bahwa ia dan Erdogan sepakat bahwa Presiden Bashar al-Assad sebaiknya menyerahkan kekuasaan kepada sebuah badan transisi.