Militer Ethiopia telah diperintahkan untuk menyelesaikan ofensif militer “tahap akhir” terhadap ibu kota Mekele di Tigray, setelah pasukan lokal tidak menyerahkan diri dalam tenggat 72 jam yang diberlakukan perdana menteri.
“Gerbang damai terakhir yang terbuka untuk TPLF kini sudah tertutup karena TPLF telah menghina rakyat Ethiopia,” demikian petikan pernyataan Perdana Menteri Abiy Ahmed hari Kamis (26/11) merujuk pada Front Pembebasan Rakyat Tigray TPLF.
Awal pekan ini Abiy Ahmed – yang tahun lalu dianugerahi Nobel Perdamaian karena upayanya mengakhiri konflik sejak lama antara negaranya dengan Eritrea – memberikan waktu selama 72 jam bagi TPLF untuk menyerahkan diri atau menghadapi serangan militer di ibu kota Mekele.
Tentara Ethiopia telah memerangi TPLF di Tigray sejak 4 November lalu ketika Abiy Ahmed mengirim pasukan pertahanan nasional ke daerah itu, setelah menuding pasukan lokal menyerang pangkalan militer di sana.
BACA JUGA: Ethiopia Tolak Campur Tangan Internasional dalam Konflik TigrayRatusan orang tewas dan lebih dari 40.000 orang telah melarikan diri ke negara tetangga, Sudan, karena khawatir dengan potensi terjadinya aksi kekerasan.
Abiy Ahmed hari Kamis mengingatkan warga ibu kota Mekele untuk melucuti senjata dan berada di dalam rumah mereka.
Konflik ini telah meningkatkan kekhawatiran organisasi-organisasi HAM dan PBB yang telah menyerukan kepada Perdana Menteri Abiy Ahmed untuk mengupayakan solusi diplomatik, dengan alasan kesulitan yang dihadapi warga yang telah dililit kesulitan ekonomi dan pandemi virus corona.
Sejauh ini Abiy Ahmed menolak seruan semua pihak untuk melakukan dialog. [em/lt]