Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, Kamis (27/7), mengatakan "sangat khawatir" konsekuensi yang mungkin terjadi jika lebih banyak demonstrasi berlanjut yang menodai Al-Qur'an. Dia mengungkapkan hal itu di tengah meningkatnya kemarahan umat Islam atas serangkaian aksi pembakaran kitab suci tersebut.
Serangan terhadap Al-Qur'an di Swedia dan Denmark telah menyakiti banyak negara Muslim, termasuk Turki, yang dukungannya dibutuhkan oleh Swedia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO). Swedia ingin bergabung dengan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Kristersson mengatakan kepada kantor berita Swedia, TT, bahwa aparat kepolisian sudah menerima lebih banyak permohonan untuk melakukan pembakaran Al-Qur’an.
"Jika mereka dikabulkan, kita akan menghadapi beberapa hari di mana ada risiko yang jelas akan terjadi sesuatu yang serius. Saya sangat khawatir tentang apa yang bisa terjadi," katanya.
Kedutaan Swedia di Baghdad diserbu dan dibakar pada 20 Juli oleh pengunjuk rasa yang marah dengan rencana pembakaran Al-Qur’an.