Presiden Filipina Akhiri Gencatan Senjata dengan Pemberontak Komunis

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (Foto: dok).

Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Jumat (3/2) mengatakan ia telah mengakhiri gencatan senjata enam bulan antara pemerintah dan pemberontak komunis. Ia juga memerintahkan tentara agar bersiap menghadapi pertempuran baru setelah gerilyawan komunis keluar dari kesepakatan gencatan senjata itu dan membunuh enam tentara dalam kekerasan terbaru.

Duterte mengungkapkan keputusannya itu dalam pidato, dua hari setelah gerilyawan Marxis menyatakan akan meninggalkan kesepakatan gencatansenjata karena pemerintah tidak membebaskan orang yang mereka anggap sebagai tahanan politik dan militer melakukan pelanggaran dengan memasuki kubu-kubu pertahanan mereka di kawasan pedesaan.

Langkah tersebut merupakan pukulan bagi pembicaraan yang diperantarai Norwegia dan telah mengalami kemajuan dalam beberapa bulan belakangan ini dalam mencapai tujuannya, yakni mengakhiri pemberontakan Marxis terlama di Asia, yang telah menewaskan sekitar 40 ribu pemberontak dan warga sipil.

Duterte mengatakan ia membebaskan para pemimpin pemberontak tahun lalu untuk mendorong pembicaraan perdamaian. Tetapi ia menambahkan bahwa kelompok gerilyawan mengajukan tuntutan yang berlebihan, termasuk pembebasan sekitar 400 tahanan, yang bisa disamakan seperti amnesti massal serta membuat berang militer dan polisi.

Ia mengatakan bahwa tidak akan ada lagi perdamaian dengan komunis bagi generasi-generasi mendatang dan menambahkan konflik itu mungkin akan berlangsung setengah abad lagi. [uh/as]