Qatar Berperan Penting Menyokong Pemberontakan di Libya

  • Elizabeth Arott

Sekjen PBB Ban Ki-Moon bersama Putra Mahkota Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani dan delegasi lain menghadiri pertemuan internasional untuk Libya di Doha, Qatar (13/4).

Qatar telah berpihak pada pemberontak Libya dengan memberi bantuan militer dan dukungan moral, serta menjadi tuan rumah KTT internasional bagi masa depan Libya.

Negara kecil Qatar memainkan peran penting dalam konflik Libya. Selain mengadakan konferensi hari Rabu untuk masa depan Libya, Qatar telah berpihak pada pemberontak dengan memberi bantuan militer dan dukungan moral.

Pernyataan-pernyataan anti-pemerintah telah berkembang di Libya Timur tetapi hanya sedikit jaringan media yang memiliki jangkauan seperti saluran TV dan radio Libya Channel yang baru. Jaringan satelit itu menyiarkan berita dan suara dari seluruh negeri itu.

Walaupun tampak seperti siaran lokal tidak banyak orang yang heran bahwa Qatar adalah negara yang mengongkosi saluran TV itu.

Negara Teluk itu adalah negara Arab pertama yang mengakui Dewan Transisi Nasional yang dibentuk pemberontak sebagai pemerintah Libya yang sah. Qatar turut dalam pemberlakuan zona larangan terbang dan membantu pemberontak menjual minyak ke pasaran dunia.

Sedangkan untuk persenjataan, pasukan anti pemerintah hanya menggeleng dan tersenyum kalau ditanyai apakah Qatar berada dibalik senjata baru yang terlihat di garis depan pemberontak.

Najib Mohammed, pengusaha dari Benghazi hanya bisa memuji dan berterima kasih atas peran Qatar. Dia memuji pemimpin Qatar karena telah membantu mencegah pembantaian ribuan orang oleh pasukan pemerintah Gadhafi.

Temannya, Wahib Abd Samad yang berdiri diluar markas besar pihak pemberontak, mengungkapkan kemungkinan mengapa Qatar, hampir menjadi satu-satunya negara Arab, telah bertindak sejauh ini dalam konflik dalam negeri negara lain. “Saya telah melihat Qatar dalam posisi yang baik. Negara itu suka mendukung rakyat bukan pemerintah, Qatar adalah sebuah emirat yang bagus.” Ujar Samad.

Tetapi pemerintah di Tripoli berpandangan lain. Juru bicara Ibrahim Moussa mengatakan,“Qatar jarang sekali menjadi partner dalam kegiatan apapun, negara itu lebih merupakan perusahaan minyak daripada benar-benar suatu bangsa . Emir Qatar adalah seorang diktator penindas yang tidak mewakili nilai-nilai liberal.”

Tetapi adalah kekayaan minyak Qatar dan nilai-nilai liberal kebebasan berbicara, yang telah membuat gusar otokrat-otokrat regional sehingga Qatar memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dari ukuran negaranya yang kecil itu. Stasiun televisi Al-Jazeera yang didanai Qatar telah menjadi kunci utama dalam gerakan anti pemerintah di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Ketika pemimpin di Suriah dan Yaman menindak penentang mereka, dan Arab Saudi mengirim tank-tank untuk mendukung Bahrain, Qatar bertekad mengambil peran yang lebih baik.

Abdalla al Ashaal, seorang professor politik pada Universitas Amerika di Kairo mengatakan, ini dapat dilihat di berbagai tempat do dunia Arab. Ia mengatakan, “Qatar berperan konstruktif dalam pemberontakan di Darfur, Sudan. Dan sekarang Qatar mencoba membantu pemberontak di Libya walaupun pemimpin Libya Moammar Gaddafi tak pernah berselisih dengan pemerintah Qatar sebelumnya."