Qatar: Kuwait Minta Lebih Banyak Waktu untuk Atasi Krisis Diplomatik

  • Associated Press

Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani (Foto: dok).

Krisis di Teluk Persia, pemutusan hubungan diplomatik beberapa negara di Timur Tengah dengan Qatar, menyebabkan penangguhan penerbangan dan warga yang cemas memborong makanan dari pasar-pasar swalayan.

Dalam wawancara dengan jaringan berita satelit Al-Jazeera, yang berpusat di Doha, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman Al Thani mengatakan, emir Kuwait meminta emir Qatar menunda pidatonya tentang krisis itu Senin (5/6) malam.

Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani "menerima telepon dari emir Kuwait, memintanya menunda pidatonya guna memberi waktu bagi penyelesaian krisis itu," ujar Sheikh Mohammed.

Namun, menteri itu dengan nada menantang, menyatakan menolak "orang-orang yang mencoba memaksakan kehendak mereka terhadap Qatar atau campur tangan dalam urusan dalam negerinya."

Kantor Berita resmi Kuwait melaporkan emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al Sabah berbicara dengan emir Qatar Senin malam dan mendesaknya memberi kesempatan pada upaya-upaya yang bisa meredakan ketegangan. Seruan itu disampaikan setelah anggota senior kerajaan Arab Saudi tiba di Kuwait membawa pesan dari raja Saudi. Sheikh Sabah berangkat Selasa malam ke Arab Saudi.

Presiden Amerika Donald Trump untuk pertama kali menyikapi konflik itu. Trump tidak memihak, tetapi tampaknya menyatakan bahwa bisa dimengerti bila Qatar diisolasi.

"Dalam lawatan baru-baru ini ke Timur Tengah, saya menyatakan bahwa tidak akan ada lagi pendanaan bagi Ideologi Radikal," ujar Trump dalam cuitannya.

"Para pemimpin menuding Qatar - lihat!" Trump kemudian menambahkan: "Mungkin ini akan menjadi awal dari akhir kengerian terorisme!"

Bahrain, Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab hari Senin mengumumkan memutus hubungan diplomatik. Pemerintah Yaman, yang didukung internasional, juga memutus hubungan dengan Qatar, seperti juga Maladewa dan salah satu pemerintah yang bersaingan di Libya.

Federasi sepak bola internasional, FIFA, menyatakan terus melakukan kontak dengan Qatar, yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Arab Saudi menyatakan memutus hubungan karena "Qatar melindungi berbagai kelompok teroris dan sektarian yang hendak mengacau kawasan itu," termasuk Ikhwanul Muslimin, al-Qaida, kelompok ISIS dan militan yang didukung Iran di provinsi sebelah timur yang bergolak di kerajaan itu.

Kementerian Luar Negeri Mesir menuduh Qatar melakukan "pendekatan antagonis" terhadap Mesir dan mengatakan "semua upaya untuk mencegah negara itu mendukung kelompok teroris gagal."

Qatar sudah lama membantah negara itu mendanai ekstremis, meskipun pejabat-pejabat Barat menuduhnya mengizinkan atau bahkan mendorong pendanaan bagi ekstremis Sunni seperti cabang al-Qaida di Suriah, yang dulu dikenal sebagai Fron Nusra.

Negara-negara Teluk Persia memerintahkan warganya keluar dari Qatar dan memberi warga Qatar 14 hari untuk pulang ke negara mereka, yang punya perbatasan darat dengan Arab Saudi. Negara-negara itu juga mengatakan akan mengusir diplomat-diplomat Qatar.

Negara-negara Teluk Persia itu berencana mengurangi lalu lintas udara dan laut ke Qatar. Truk pembawa makanan mulai antri di perbatasan Saudi, tampaknya terdampar. Qatar Airways, salah satu maskapai penerbangan jarak jauh utama di kawasan itu, telah menghentikan semua penerbangan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Bahrain sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dalam situsnya, maskapai tersebut mengatakan, penangguhan penerbangan berlaku hari Selasa dan uang pelanggan akan dikembalikan.

Sementara itu, Arab Saudi hari Selasa mencabut izin operasi Qatar Airways dan menutup kantor maskapai itu di kerajaan tersebut. Otorita pelabuhan Saudi mengatakan kapal-kapal berbendera Qatar dilarang berlabuh. Penguasa pelabuhan memerintahkan agen-agen pengiriman agar tidak menerima kapal milik perusahaan atau warga Qatar dan tidak membongkar barang dari Qatar. [ka/ii]