Serangan atas Diplomat AS di Kuba Pukul Berat Jaringan Intelijen AS

Gedung Kedutaan Besar AS di Havana, Kuba.

Serangan menakutkan terhadap personil Amerika di Havana memukul berat jaringan intelijen Amerika di Kuba, karena agen intelijen termasuk di antara yang pertama dan korban paling parah, kata laporan Associated Press.

Baru setelah para petugas intelijen Amerika, yang ditempatkan di sana dengan kedok diplomatik, melaporkan mendengar suara-suara aneh dan mengalami gangguan kesehatan jasmani yang bahkan lebih aneh, Amerika Serikat menyadari adanya kejadian yang sangat buruk, kata orang-orang yang mengetahui hal tersebut.

Sekalipun serangan mulai dalam waktu beberapa hari setelah terpilihnya Presiden Donald Trump secara di luar dugaan dalam pemilihan bulan November, waktu mulainya kejadian itu masih tidak jelas, termasuk apakah para perwira intelijen korban pertama atau hanyalah korban pertama yang melaporkannya. Amerika Serikat menyebut keadaan itu “terus berlangsung.”

Sampai sekarang, pemerintahan Trump telah menyebut ke-21 orang korban sebagai personil kedutaan Amerika atau “anggota masyarakat diplomatik.” Sebutan tersebut memberi indikasi hanya para diplomat yang sesungguhnya dan anggota keluarga mereka yang terkena serangan, yang motif logisnya hanyalah untuk mengganggu hubungan Amerika-Kuba.

Namun, di belakang layar, para penyelidik segera mulai mencari penjelasan dalam dunia yang lebih gelap dan lebih keras kegiatan mata-mata dan kontra-spionase, mengingat sangat banyaknya kasus yang pertama dilaporkan melibatkan para petugas intelijens yang ditempatkan di kedutaan Amerika disana.

Pengungkapan itu, yang dikukuhkan kepada AP oleh 6 orang pejabat, menambahkan satu lagi unsur misteri kejadian selama setahun ini yang kata pemerintahan Trump mungkin belum selesai. Departemen Luar Negeri Amerika dan CIA tidak mau menanggapi laporan ini. [gp]