Situs Web Baru untuk Lacak Propaganda yang Didukung Rusia di Twitter Diluncurkan

ARSIP - Seorang pria membaca cuitan-cuitan di telepon pintarnya di depan logo Twitter yang ditampilkan di Bordeaux, baratdaya Perancis (foto: REUTERS/Regis Duvignau/Ilustrasi/Foto Arsip)

Sebuah situs web diluncurkan hari Rabu untuk melacak propaganda yang didukung Rusia dan penyebaran disinformasi via Twitter. Peluncuran situs web ini adalah bagian dari upaya di luar pemerintahan yang semakin besar untuk mengikis kemampuan Moskow untuk campur tangan pada pemilu di AS dan Eropa.

Panel instrumen “Hamilton 68” dibuat oleh kalangan peneliti yang bekerja bersama the Alliance for Securing Democracy, sebuah proyek bipartisan transatlantik yang dibangun bulan lalu untuk melawan kampanye disinformasi oleh Rusia.

Situs web, yang didukung oleh German Marshall Fund, menampilkan analisis “yang mendekati real-tme” dari cuitan-cuitan berbahasa Inggris dari sekumpulan yang terdiri dari 600 akun Twitter yang diidentifikasi oleh para analis sebagai pengguna yang menyebarluaskan propaganda Rusia.

Situs tersebut diluncurkan saat pemerintahan Trump telah menunjukkan keenganannya untuk membahas serangan cyber Rusia saat investigasi sedang berlangsung untuk menentukan apakah kampanye Trump terlibat konspirasi bersama Moskow selama Pilpres 2016.

Para pejabat intelijen AS dan anggota parlemen telah memperingatkan Rusia akan berupaya untuk ikut campur pada pemilihan anggota kongres tahun 2018 dan pada pilpres berikutnya tahun 2020.

Akun-akun Twitter yang dipilih oleh situs web baru tersebut termasuk mereka yang nyata-nyata terlibat dalam kampanye yang didorong oleh saluran-saluran propaganda Rusia, seperti RT dan Sputnik, dan para pengguna yang berbagi informasi yang mempromosikan pemerintah Rusia.

Situs itu juga menyertakan pengguna yang menggunakan robot automatis dan “cyborgs,” atau pengguna yang menggabungkan penggunaan robot otomatis selain kendali manusia, yang membantu untuk menyebarluaskan propaganda Rusia.

“Kita tidak mengatakan semua orang yang ada di daftar adalah orang bayaran Kremlin,” ujar J.M. Berger, seorang rekanan di German Marshall Fund, dengan menambahkan bahwa kelompok itu “sangat percaya diri” akun-akun yang dipilih menyebarkan disinformasi untuk kepentingan Rusia.

Badan intelijen AS mengatakan Rusia melakukan operasi untuk menyebarkan pengaruhnya yang bercakupan luas untuk mendiskreditkan kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dan membantu Donald Trump, kandidat dari Partai Republik, untuk memenangkan Pilpres 2016.

Rusia telah menampik tuduhan yang dialamatkan kepada pihaknya, dan Trump secara inkonsisten telah menyetujui atau menantang kajian terkait badan intelijennya.

Kelompok peneliti tersebut sedang menjajaki cara-cara untuk melakukan analisis serupa untuk media lainnya, termasuk Facebook, YouTube milik Alphabet dan Reddit, namun proyek-proyek semacam itu lebih sulit karena hanya sedikit data yang dapat diakses secara terbuka, ujar Berger.

Twitter mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam proyek tersebut. Tidak ada komentar lagi yang dilontarkan oleh perusahaan tersebut.

Nama dari situs itu diambil dari dokumen Federalist Paper 68, yang ditulis oleh salah satu bapak pendiri AS, Alexander Hamilton, tahun 1788 sebagai bagian dari serangkaian essai yang diterbitkan tanpa mencantumkan nama pengarangnya untuk mempertahakan Konstitusi AS kepada publik.

Hamilton menulis tentang “perlindungan proses pemilu AS dari campur tangan pihak asing” dalam Federalist Paper 68, Alliance for Securing Democracy menulis dalam postingan blognya. “Sekarang kita menghadapi campur tangan pihak asing yang mungkin tidak terbayangkan oleh Hamilton.” [ww/fw]