Solo menggunakan teknologi penyapu jalan yang mengurangi penggunaan tenaga manusia dalam mengelola sampah.
SOLO —
Dua mobil penyapu jalan atau road sweeper melaju pelan membersihkan sampah yang berserakan di sepanjang Jl. Slamet Riyadi Solo, Jumat pagi (5/7), atau hari pertama digunakannya teknologi baru ini.
Penanggung Jawab Kebersihan dan Pertamanan kota Solo, Hasta Gunawan mengatakan satu unit mobil penyapu jalan ini setara dengan 50 tenaga manusia.
“Kecepatan menyapu 13 kilometer per jam, hasil maksimal setara dengan 50 tenaga manusia yang biasa menyapu. Tapi ini kan nanti tidak kita forsir tenaga mesinnya,” ujarnya.
Satu mobil penyapu jalan tersebut berharga Rp 1,1 miliar, menurut Hasta, dan digunakan untuk membantu tenaga kebersihan yang sudah ada.
“Personel kebersihan ini kan ada yang sakit, sebagian besar sudah berusia lanjut, sudah tua.. Ya ini kita bantu pekerjaannya pakai kendaraan ini,” ujarnya.
Mobil tersebut dilengkapi fasilitas selang penyedot sampah, sistem hidrolik bak penampung sampah dan penyemprot air. Walikota Solo Hadi Rudyatmo, yang ikut menjajal mobil penyapu jalanan ini, berharap penggunaan teknologi mobil penyapu sampah ini lebih efektif dan efisien menjaga kebersihan kota Solo
“Ini kan untuk bagaimana memanusiakan manusia. Dilihat dari sisi kesehatan, petugas kebersihan tidak perlu menyapu secara manual yang menghasilkan debu. Kedua, mobil ini lebih efektif dan efisien, kita harus (lakukan) revolusi teknologi,” ujar Hadi.
Selain itu, pemerintah kota Solo tahun ini menghapus 80 tempat penampungan sampah yang ada di seluruh wilayah kota. Tong sampah maupun gerobak sampah yang biasa diangkut dengan tenaga manusia akan diganti dengan gerobak sampah bermotor dan truk pengangkut sampah untuk mempermudah dan mempercepat mengumpulkan sampah warga Solo.
Selama ini 80 persen dari 100 tong sampah yang tersedia di sepanjang kawasan pejalan kaki di kota itu rusak atau dicuri. Tempat penampungan sampah yang berada di tepi jalanan di Solo sering luber sehingga sampah tumpah ke jalan dan menebar bau busuk serta membuat pemandangan tak sedap.
Solo menghasilkan 300 ton sampah per harinya. Tempat pembuangan akhir sampah di Solo sudah melebihi daya tampung dan membutuhkan investor pengolahan sampah menjadi energi alternatif.
Penanggung Jawab Kebersihan dan Pertamanan kota Solo, Hasta Gunawan mengatakan satu unit mobil penyapu jalan ini setara dengan 50 tenaga manusia.
“Kecepatan menyapu 13 kilometer per jam, hasil maksimal setara dengan 50 tenaga manusia yang biasa menyapu. Tapi ini kan nanti tidak kita forsir tenaga mesinnya,” ujarnya.
Satu mobil penyapu jalan tersebut berharga Rp 1,1 miliar, menurut Hasta, dan digunakan untuk membantu tenaga kebersihan yang sudah ada.
“Personel kebersihan ini kan ada yang sakit, sebagian besar sudah berusia lanjut, sudah tua.. Ya ini kita bantu pekerjaannya pakai kendaraan ini,” ujarnya.
Mobil tersebut dilengkapi fasilitas selang penyedot sampah, sistem hidrolik bak penampung sampah dan penyemprot air. Walikota Solo Hadi Rudyatmo, yang ikut menjajal mobil penyapu jalanan ini, berharap penggunaan teknologi mobil penyapu sampah ini lebih efektif dan efisien menjaga kebersihan kota Solo
“Ini kan untuk bagaimana memanusiakan manusia. Dilihat dari sisi kesehatan, petugas kebersihan tidak perlu menyapu secara manual yang menghasilkan debu. Kedua, mobil ini lebih efektif dan efisien, kita harus (lakukan) revolusi teknologi,” ujar Hadi.
Selain itu, pemerintah kota Solo tahun ini menghapus 80 tempat penampungan sampah yang ada di seluruh wilayah kota. Tong sampah maupun gerobak sampah yang biasa diangkut dengan tenaga manusia akan diganti dengan gerobak sampah bermotor dan truk pengangkut sampah untuk mempermudah dan mempercepat mengumpulkan sampah warga Solo.
Selama ini 80 persen dari 100 tong sampah yang tersedia di sepanjang kawasan pejalan kaki di kota itu rusak atau dicuri. Tempat penampungan sampah yang berada di tepi jalanan di Solo sering luber sehingga sampah tumpah ke jalan dan menebar bau busuk serta membuat pemandangan tak sedap.
Solo menghasilkan 300 ton sampah per harinya. Tempat pembuangan akhir sampah di Solo sudah melebihi daya tampung dan membutuhkan investor pengolahan sampah menjadi energi alternatif.