Srilanka telah mengakui untuk pertama kalinya bahwa warga sipil mungkin tewas dalam tahap terakhir perang saudara seperempat abad negara itu melawan pemberontak Macan Tamil.
Laporan kementerian pertahanan yang dilansir hari Senin menyatakan, meskipun militer mengikuti kebijakan menihilkan korban warga sipil, mustahil untuk menghindari jatuhnya korban sipil mengingat hebatnya pertempuran dan kejamnya pihak lawan.
Perang saudara Srilanka berakhir tahun 2009 setelah militer mengalahkan Macan Tamil.
Panel PBB memperkirakan ribuan warga sipil tewas dalam tahap terakhir konflik. Awal tahun ini, panel itu menyatakan mendapati tuduhan-tuduhan yang layak dipercaya mengenai pelanggaran HAM, termasuk di antaranya kemungkinan kejahatan perang, yang dilakukan pihak militer dan pemberontak.
Pemerintah Srilanka telah menyangkal tuduhan-tuduhan panel PBB itu.
Dalam laporannya, kementerian pertahanan Srilanka tidak memberi perkiraan jumlah warga sipil yang tewas.
Menteri Pertahanan Gotabhaya Rajapaksa, yang juga saudara perdana menteri, hari Senin menolak klaim beberapa kelompok HAM yang mengatakan sebanyak 40 ribu warga sipil tewas dalam bulan-bulan terakhir pertempuran. Rajapaksa menyebut angka tersebut merupakan tuduhan tidak jelas dengan menggunakan penghitungan yang juga tidak dijelas untuk mencemari citra negara itu.