Studi mengenai beban penyakit global menunjukkan bahwa angka harapan hidup meningkat, namun manusia hidup lebih lama dengan kesehatan buruk.
WASHINGTON —
Pria di dunia memiliki angka harapan hidup rata-rata 67 tahun, sementara perempuan 73 tahun, menurut penelitian terbaru dalam jurnal “The Lancet.” Angka itu naik lima tahun dari 1990.
Penemuan tersebut merupakan bagian dari rangkaian tujuh artikel yang meneliti penyakit dan disabilitas global, yang melibatkan hampir 500 periset di 50 negara.
“Kita semua di dunia kesehatan fokus pada penyakit dan seringkali kabar buruk. Namun, studi mengenai beban penyakit global pada 2010 memperlihatkan berita yang sangat baik,” ujar Richard Horton, pemimpin redaksi The Lancet.
Penelitian baru ini menemukan bahwa lebih sedikit orang yang meninggal karena campak, tetanus, penyakit pernapasan dan diare pada 2010 dibandingkan pada 1990. Secara keseluruhan, kematian dari infeksi, komplikasi kelahiran dan malnutrisi jatuh sekitar 17 persen, menjadi 13,2 juta.
Upaya-upaya global telah fokus pada pengurangan kasus HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Namun masing-masing penyakit ini masih menewaskan lebih dari satu juta orang per tahun, dan kasus malaria bahkan meningkat hampir 20 persen.
“Tiga besar penyakit tersebut tidak akan pergi begitu saja,” ujar Mike Cohen, yang mengepalai riset kesehatan global di University of North Carolina di Chapel Hill. Ia tidak terlibat dalam studi-studi tersebut. Ia mengatakan laporan tersebut mencatat penurunan kematian oleh HIV/AIDS sejak 2006. Kematian akibat tuberkulosis turun hampir 20 persen.
Namun riset tersebut menyoroti peralihan besar yang terjadi di seluruh dunia, ujar Cohen.
“Seiring dapat lebih dikontrolnya penyakit menular dan orang hidup lebih lama, dan adanya perubahan gaya hidup dan pola makan, konsekuensinya adalah, kita harus berurusah dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes,” ujarnya.
Laporan tersebut menemukan bahwa jenis-jenis penyakit tidak menular ini mencakup lebih dari setengah beban penyakit global pada 2010, melebihi penyakit infeksi, penyakit ibu dan anak, serta malnutrisi.
Sebagai contoh, pada 1990, penyebab utama kematian adalah anak dengan berat badan rendah. Pada 2010, faktor tersebut turun ke posisi delapan, dan yang menduduki tempat teratas adalah tekanan darah tinggi.
Namun, meski orang hidup lebih lama, mereka juga melewatkan waktu lebih banyak dengan kesehatan yang buruk, ujar Joshua Salomon, profesor kesehatan global di Harvard University, yang ikut menulis bagian laporan tentang disabilitas.
“Saya kira secara umum, kita lebih berhasil mengurangi angka kematian namun kurang berhasil mengatasi disabilitas kronis,” ujar Salomon.
Kondisi fisik seperti reumatik dan sakit punggung, serta masalah mental dan perilaku seperti depresi, kegelisahan dan penyalahgunaan obat merupakan sebab-sebab utama disabilitas.
Dan meski ada perubahan dalam kesehatan global pada dua dekade terakhir, salah satunya tetap sama: Merokok tetap menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian.
Penemuan tersebut merupakan bagian dari rangkaian tujuh artikel yang meneliti penyakit dan disabilitas global, yang melibatkan hampir 500 periset di 50 negara.
“Kita semua di dunia kesehatan fokus pada penyakit dan seringkali kabar buruk. Namun, studi mengenai beban penyakit global pada 2010 memperlihatkan berita yang sangat baik,” ujar Richard Horton, pemimpin redaksi The Lancet.
Penelitian baru ini menemukan bahwa lebih sedikit orang yang meninggal karena campak, tetanus, penyakit pernapasan dan diare pada 2010 dibandingkan pada 1990. Secara keseluruhan, kematian dari infeksi, komplikasi kelahiran dan malnutrisi jatuh sekitar 17 persen, menjadi 13,2 juta.
Upaya-upaya global telah fokus pada pengurangan kasus HIV/AIDS, tuberkulosis dan malaria. Namun masing-masing penyakit ini masih menewaskan lebih dari satu juta orang per tahun, dan kasus malaria bahkan meningkat hampir 20 persen.
“Tiga besar penyakit tersebut tidak akan pergi begitu saja,” ujar Mike Cohen, yang mengepalai riset kesehatan global di University of North Carolina di Chapel Hill. Ia tidak terlibat dalam studi-studi tersebut. Ia mengatakan laporan tersebut mencatat penurunan kematian oleh HIV/AIDS sejak 2006. Kematian akibat tuberkulosis turun hampir 20 persen.
Namun riset tersebut menyoroti peralihan besar yang terjadi di seluruh dunia, ujar Cohen.
“Seiring dapat lebih dikontrolnya penyakit menular dan orang hidup lebih lama, dan adanya perubahan gaya hidup dan pola makan, konsekuensinya adalah, kita harus berurusah dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes,” ujarnya.
Laporan tersebut menemukan bahwa jenis-jenis penyakit tidak menular ini mencakup lebih dari setengah beban penyakit global pada 2010, melebihi penyakit infeksi, penyakit ibu dan anak, serta malnutrisi.
Sebagai contoh, pada 1990, penyebab utama kematian adalah anak dengan berat badan rendah. Pada 2010, faktor tersebut turun ke posisi delapan, dan yang menduduki tempat teratas adalah tekanan darah tinggi.
Namun, meski orang hidup lebih lama, mereka juga melewatkan waktu lebih banyak dengan kesehatan yang buruk, ujar Joshua Salomon, profesor kesehatan global di Harvard University, yang ikut menulis bagian laporan tentang disabilitas.
“Saya kira secara umum, kita lebih berhasil mengurangi angka kematian namun kurang berhasil mengatasi disabilitas kronis,” ujar Salomon.
Kondisi fisik seperti reumatik dan sakit punggung, serta masalah mental dan perilaku seperti depresi, kegelisahan dan penyalahgunaan obat merupakan sebab-sebab utama disabilitas.
Dan meski ada perubahan dalam kesehatan global pada dua dekade terakhir, salah satunya tetap sama: Merokok tetap menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian.