Suara Muslim pada Pemilihan Presiden AS 2020

Seorang pemilih sebelum memberikan suaranya di pusat pemungutan suara selama pemilihan utama presiden dari Partai Demokrat di Miami, Florida, AS, 17 Maret 2020. (Foto: Reuters/Marco Bello)

Menjelang pemilihan presiden akhir tahun ini, warga Amerika tengah menimbang siapa yang layak memimpin negeri ini pada periode berikutnya, tidak terkecuali warga Muslim dan keturunan Timur Tengah di kota Dearborn, Michigan.

Meski Trump sempat melakukan retorika anti-Muslim, nyatanya tak sedikit di antara mereka yang mendukung sang presiden untuk melanjutkan kepemimpinannya hingga periode kedua. Tapi banyak juga yang memilih untuk memiliki pemimpin baru dari kubu Partai Demokrat.

BACA JUGA: Elizabeth Warren Mundur, Pupus Harapan Perempuan pada Pilpres AS 2020

Saat Pilpres 2016, Imam Husham Al-Hussainy, Direktur Utama Karballa Islamic Education Center di Dearborn, negara bagian Michigan, membuat keputusan yang pada saat itu banyak ditentang jamaahnya. Ia mendukung Donald Trump yang saat itu sering mengusung wacana larangan kunjungan Muslim ke Amerika Serikat. Imam Husham Al-Hussainy menjelaskan alasannya mendukung Trump kepada Kantor Berita Reuters.

“Ya, saya memilih Trump. Saya telah menentang banyak warga saya, warga Timur Tengah. Masyarakat Muslim, mereka menyalahkan saya karena memilih Trump. Tetapi alasan saya memilihnya saat itu, karena ia berkata jikalau ia menjadi presiden, ISIS akan binasa," kata Imam Husham Al-Hussainy.

"Ia memilih melawan ISIS, memilih untuk membinasakan ISIS, menyerang ISIS, para teroris. Untuk itulah saya memilih Trump. Tapi sekarang tampaknya –entah bagaimana, entah apakah ia menyadarinya atau tidak– kebijakannya justru mendukung ISIS, sayangnya," katanya.

Tapi, dalam pemilihan pendahuluan baru-baru ini, pilihannya jatuh ke sosok lain, yaitu kandidat presiden Partai Demokrat, Bernie Sanders.

Senator Bernie Sanders berpartisipasi dalam debat utama presiden dari Partai Demokrat di CNN Studios di Washington, Minggu, 15 Maret 2020. (Foto: AP/Evan Vucci)

“Sesungguhnya hati kami condong ke arah Sanders, meski ia pemeluk Yahudi. Kebanyakan dari kami Muslim. Tetapi nilai yang ia tuntut dan ia serukan adalah nilai-nilai universial bagi warga kelas menengah, warga tidak mampu, bagi sebuah perubahan," kata Imam Husham Al-Hussainy.

"Dunia bergerak ke arah perubahan. Ngomong-ngomong, saya dulu memilih Obama, saya memilih Biden, dan saya mendukungnya. Saya bertemu dengannya tahun 90-an di sini, di Detroit, Michigan. Maka itu saya menghormatinya dan Obama," lanjutnya.

Sementara itu, Saed Musad, imigran Yaman yang memiliki bengkel di Michigan, justru tak banyak memperhatikan pertarungan antara Bernie Sanders dan mantan wakil presiden Joe Biden di tubuh Demokrat untuk menjadi penantang Trump. Ia menilai, Presiden Trump patut mendapat acungan jempol atas kebijakan ekonominya.

BACA JUGA: Biden, Sanders Serang Trump Soal Penanganan Virus Corona

“Saya tidak terlalu mengikuti dunia politik. Saya lebih banyak bekerja. Apapun yang membantu mempertahankan lapangan kerja, menjaga perekonomian, saya mendukungnya. Jadi saya belum menentukan siapa yang akan saya pilih sejauh ini. Akan tetapi selama dua tahun terakhir, kondisi perekonomian membaik, dan menurut saya Trump melakukan pekerjaannya dengan baik," kata Saed Musad.

Salah seorang pelanggan di bengkelnya, Gashew Galeb, memiliki pandangan yang sama.

“Trump sejauh ini melakukan pekerjaannya dengan baik. Memerangi dan memberantas korupsi, juga terorisme. Setidaknya ia (berhasil) membunuh (pemimpin ISIS, Abu Bakr) al-Baghdadi. Setidaknya. Ya, kan? Itu sebuah kesuksesan bagi saya," kata Gashew Galeb.

Calon presiden Demokrat AS 2020 Senator Bernie Sanders (kiri) dan mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara di debat presiden di Gaillard Center di Charleston, South Carolina, 25 Februari 2020. (Foto: Reuters)

Meski Yaman termasuk negara pertama yang dikenai travel ban alias pembatasan kunjungan ke Amerika, Saed tak terlalu mempersoalkan kebijakan imigrasi Trump.​

“Menurut pandangan saya, tentang larangan kunjungan terhadap sejumlah orang ke Amerika, (nyatanya) mereka yang datang tahun ini jumlahnya lebih banyak dari tahun 2000," kata Saed Musad.

"Setahu saya, ada lebih banyak orang yang datang dari Yaman tahu ini ketimbang empat atau lima tahun terakhir. Jadi menurut saya, larangan itu ada, tapi banyak orang yang ingin datang ke Amerika dan mereka menjalani proses itu selama bertahun-tahun, akhirnya berhasil ke Amerika tahun ini. Jadi, saya tidak merasa ada apapun yang menghalangi proses imigrasi," katanya.

Beragam opini juga diungkapkan pengunjung Dream Market, pasar swalayan yang menjual berbagai bahan makanan dari negara asal para imigran. Salah satunya adalah Arfeen Khan, seorang pemilik perusahaan teknologi, yang mendukung kandidat Demokrat.

BACA JUGA: Sekolah Negeri AS dan Hari Libur Nasional Idul Fitri

“Sangat sulit (menentukan siapa yang harus dipilih). Tapi saya rasa Joe Biden adalah kandidat yang sangat tepat saat ini dari sisi Demokrat. Ya…," kata Arfeen Khan.

Sementara bagi Carla Doda, pengunjung swalayan lainnya yang bekerja sebagai seorang calon agen property, Trump masih menjadi pilihan terbaik.

“Banyak hal, bahkan sekolah menjadi lebih baik sekarang (di bawah pemerintahan Presiden Trump) dibanding sebelumnya. Jadi ada berbagai hal yang berubah. Ia menjanjikan sesuatu, dan ia melakukannya," kata Carla Doda.

Dearborn, Michigan, yang letaknya tak jauh dari kota Detroit, memiliki banyak warga keturunan Arab, yang diperkirakan melebihi dua ratus ribu orang. Imigran Arab mulai berdatangan pada awal abad ke dua puluh untuk bekerja di industri otomotif setempat. Sementara belakangan, banyak imigran asal Timur Tengah yang melarikan diri dari konflik di negara asal mereka juga memilih Dearborn sebagai tempat tinggal baru. [my]