Sudan Utara dan Selatan Adakan Perundingan di Ethiopia

  • Peter Heinlein

Seorang penjaga perdamaian PBB asal Zambia melakukan patroli di kota Abyei (30/5), kota minyak yang diperebutkan Sudan utara dan selatan.

Upaya-upaya diplomasi dilakukan di ibukota Ethiopia, Addis Ababa, dimulai dengan pertemuan penting pemimpin-pemimpin Sudan Utara dan Selatan.

Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir dan Salva Kiir yang akan segera menjadi pemimpin Sudan Selatan akan mengadakan pembicaraan penting yang dimediasi oleh mantan Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki. Pertemuan itu akan diikuti oleh kunjungan dua hari Menteri Luar Negeri Clinton.

Para diplomat hari Minggu mengatakan kedua pertemuan itu mungkin tumpang tindih, tergantung pada berapa lama perundingan Sudan berlangsung.

Uni Afrika menyatakan agenda pertemuan Sudan itu akan termasuk penarikan pasukan bersenjata dari wilayah Abyei yang dipersengketakan serta pengiriman misi internasional yang dipimpin Afrika.

Di tengah perdebatan mengenai perbatasan Utara-Selatan yang belum ditentukan, kedua pemimpin itu membuat permohonan resmi kepada Perdana Menteri Ethiopia Meles Zenawi agar mengirim misi penjaga perdamaian. Diplomat-diplomat yang terlibat dalam perundingan itu mengatakan penjaga perdamaian akan dikirim berdasarkan mandat Dewan Keamanan PBB.

Utusan khusus Amerika ke Sudan Princeton Lyman mengatakan kepada VOA bahwa Perdana Menteri Ethiopia itu, yang menjadi tuan rumah perundingan itu, memainkan peran kunci dalam upaya meredakan ketegangan utara-selatan.

“Perdana Menteri Meles sangat membantu dalam menasehati kedua pemimpin Sudan, mediator, dan semua orang mengenai situasi itu, memberikan dukungan bagi perundingan, dan ia baru-baru ini menawarkan membantu memulihkan keamanan di Abyei apabila kedua pihak benar-benar menginginkan partisipasi Ethiopia,” ujar Lyman.

Duta Besar Lyman mengatakan pertemuan Addis Abba itu memberikan peluang unik bagi utara dan selatan untuk menyelesaikan beberapa perselisihan yang sangat mungkin menajam sebelum mereka terpisah menjadi dua negara bulan depan.

“Pada 9 Juli Sudan selatan akan merdeka. Tidak ada hal yang dapat menghentikan itu. Kemudian kedua pihak akan berunding sebagai dua negara yang berbeda. Tetapi, apa yang akan mereka lakukan dengan minyak pada tanggal 10 Juli jika mereka tidak merundingkan persetujuan mengenai minyak tanggal 9 Juli. Masalah-masalah di perbatasan, apabila tidak diselesaikan, akan tetap menimbulkan ketegangan. Jadi alih-alih tercipta hubungan kerjasama di antara kedua negara, hubungan yang ada sangat tegang dan mengancam,” papar Lyman.

Pertemuan Sudan itu dijadwalkan berakhir Senin, sewaktu Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton tiba di Addis Ababa untuk menyampaikan pidato mengenai kebijakan luar negeri Amerika di markas besar Uni Afrika. Menteri Clinton juga dijadwalkan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi mengenai Sudan, tetapi tidak akan bertemu Presiden Bashir, yang didakwa atas kejahatan perang oleh Mahkamah Kejahatan Internasional.

Menteri Clinton diperkirakan akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan mungkin Wakil Presiden Sudan Ali Osman Taha.