Para pejabat Swedia, Rabu (7/2) mengatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk menutup penyelidikan mereka terhadap ledakan pada September 2022 di jaringan pipa gas bawah laut Nord Stream yang dibangun untuk mengalirkan gas alam Rusia ke Jerman, dengan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki yurisdiksi.
Investigasi Swedia hanyalah satu dari tiga penyelidikan atas kasus ledakan tersebut. Denmark dan Jerman juga sedang menyelidiki ledakan tersebut.
Ledakan tersebut, yang terjadi ketika Eropa berusaha melepaskan diri dari sumber energi Rusia setelah invasi besar-besaran Kremlin ke Ukraina, berkontribusi pada ketegangan setelah dimulainya perang itu. Penyebab sabotase ini hingga kini masih menjadi misteri besar internasional.
Jaksa penuntut umum Mats Ljungqvist dari Otoritas Penuntut Swedia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa penyelidikannya “telah dilakukan secara sistematis dan menyeluruh.”
“Dengan latar belakang situasi yang kita hadapi saat ini, kami dapat menyatakan bahwa yurisdiksi Swedia tidak berlaku.”
Pihak penuntut mengatakan tujuan utama penyelidikannya adalah “untuk menentukan apakah warga negara Swedia terlibat dalam tindakan tersebut dan apakah wilayah Swedia digunakan untuk melakukan tindakan tersebut, dan dengan demikian berisiko merugikan kepentingan Swedia atau keamanan Swedia.” Karena Swedia dan kepentingan tidak menjadi sasaran, maka “yurisdiksi Swedia tidak ada,” katanya.
Ledakan bawah laut tersebut memecahkan pipa Nord Stream 1, yang merupakan jalur pasokan gas alam utama Rusia ke Jerman hingga Rusia memutus pasokan tersebut pada akhir Agustus tahun itu.
Ledakan tersebut juga merusak pipa Nord Stream 2, yang tidak pernah beroperasi karena Jerman menangguhkan proses sertifikasinya sesaat sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.
Kenneth Kenneth Ohlenschlaeger Buhl dari Royal Danish Defense College mengatakan keputusan mengejutkan Swedia untuk mengakhiri penyelidikan atas ledakan tersebut, meskipun sebagian terjadi di zona ekonomi Swedia, ”menunjukkan mungkin ada semacam pertimbangan politik."
“Mungkin ada alasan bagus untuk tidak mengambil kesimpulan,” kata Ohlenschlaeger Buhl. “Swedia berada dalam posisi yang sensitif karena ingin bergabung dengan NATO dan mungkin tidak ingin membuat kekacauan lebih jauh.”
Ledakan tersebut terjadi sekitar 80 di bawah air di dasar laut di Laut Baltik di zona ekonomi Swedia dan Denmark dan pengukuran seismik menunjukkan bahwa ledakan terjadi sesaat sebelum kebocoran ditemukan.
Ljungqvist mengatakan penyelidikan Jerman terus berlanjut, “dan karena kerahasiaan yang ada dalam kerja sama hukum internasional, saya tidak dapat berkomentar lebih jauh mengenai kerja sama yang terjadi,” katanya. [ab/lt]