Pakistan menjadi tuan rumah konferensi global yang berlangsung selama dua hari pada Sabtu (11/1), untuk mengadvokasi promosi pendidikan anak perempuan di komunitas Muslim di seluruh dunia. Konferensi itu juga mengecam pembatasan sekolah bagi perempuan karena bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Namun para pembicara, termasuk tuan rumah, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, dan cendekiawan dari negara-negara peserta, menahan diri untuk tidak menyinggung Afghanistan, satu-satunya negara Islam di mana para pemimpin garis keras Taliban melarang anak perempuan mengenyam pendidikan setelah kelas enam.
Para pejabat Pakistan mengumumkan pada malam konferensi bahwa pemerintah Taliban di Kabul telah secara resmi diundang untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Global tentang Pendidikan Anak Perempuan di Komunitas Muslim, tetapi Islamabad tidak menerima tanggapan.
Lebih dari 150 pejabat internasional menghadiri pertemuan puncak di ibu kota Pakistan, Islamabad, termasuk para menteri, duta besar, cendekiawan, dan akademisi dari 44 negara Muslim dan ramah Muslim, serta perwakilan dari organisasi internasional seperti UNESCO, UNICEF, Bank Dunia, dan Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI (Organization of Islamic Cooperation), menurut para pejabat.
BACA JUGA: Kantor HAM PBB Kecam Langkah Taliban Blokir LSM yang Pekerjakan Perempuan AfghanistanMohammad bin Abdulkarim Al-Issa, Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim, sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang berbasis di Arab Saudi, menekankan dalam pidatonya bahwa laki-laki dan perempuan harus memperoleh pendidikan. Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi dan dengan bantuan penerjemah, Al-Issa menekankan bahwa Islam mengizinkan perempuan menerima pendidikan.
“Dunia Islam bersatu dalam keyakinannya bahwa mereka yang menentang pendidikan perempuan adalah sesat dan tidak mewakili Islam yang sebenarnya,” jawab Al-Issa ketika ditanya apakah hasil pertemuan puncak tersebut dapat mendorong Taliban untuk melonggarkan pembatasan akses perempuan terhadap pendidikan dan lapangan kerja di Afganistan.
Cendekiawan Saudi tersebut mengklarifikasi bahwa pertemuan di Islamabad tidak ditujukan pada komunitas atau negara tertentu.
“Kami hanya mencoba mengatasi kekhawatiran mereka yang menentang pendidikan perempuan dan menyampaikan pesan kami bahwa tidak ada batasan dalam Islam mengenai pendidikan untuk anak perempuan,” katanya, tanpa menyebut nama Afghanistan.
Taliban menahan diri untuk mengomentari ketidakhadiran mereka dalam acara tersebut. Para pemimpin de facto Afghanistan dengan keras menolak kritik terhadap pemerintahan mereka, dan menyatakan bahwa kebijakan mereka sejalan dengan budaya lokal dan hukum Islam.
Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai juga termasuk di antara peserta dan dijadwalkan untuk menyampaikan pidato dalam pertemuan pada Minggu (12/1). Malala mengatakan kepada wartawan bahwa dia senang bisa kembali ke negara asalnya, Pakistan.
“Saya bersemangat untuk bergabung dengan para pemimpin Muslim dari seluruh dunia dalam konferensi penting mengenai pendidikan anak perempuan,” kata Yousafzai melalui platform media sosial X pada malam konferensi.
“Pada Minggu, saya akan berbicara tentang melindungi hak semua anak perempuan untuk bersekolah, dan mengapa para pemimpin harus meminta pertanggungjawaban Taliban atas kejahatan mereka terhadap perempuan dan anak perempuan Afghanistan,” tulisnya.
BACA JUGA: PBB: Keputusan Taliban Larang Anak Perempuan Belajar di Sekolah Kedokteran akan Perburuk Krisis KemanusiaanPada 2012, aktivis pendidikan itu ditembak dan dilukai oleh kelompok ekstremis Taliban Pakistan yang dilarang di distrik rumahnya di Swat di barat laut Pakistan ketika dia masih bersekolah. Malala kemudian diterbangkan ke Inggris untuk perawatan medis, dan sejak itu baru beberapa kali kembali ke negara asalnya.
Dia telah menjadi advokat global untuk pendidikan anak perempuan dan, pada usia 17 tahun, menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda.
Kementerian Luar Negeri Pakistan mengumumkan bahwa konferensi tersebut akan mencapai puncaknya dengan penandatanganan resmi Deklarasi Islamabad, yang mewajibkan negara-negara Muslim untuk memberdayakan anak perempuan melalui pendidikan guna mendorong reformasi pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Kami telah memutuskan untuk menempatkan Deklarasi Islamabad yang akan ditandatangani dalam konferensi ini di hadapan PBB, termasuk Dewan Keamanan PBB, sebagai aspirasi kolektif umat (dunia Muslim),” kata Sharif dalam pidato pengukuhannya pada Sabtu. [ft/ah]