Pengamat mengatakan, negara-negara Barat menganggap Kurdi sebagai sekutu penting dalam melawan penyebaran kelompok teroris ISIS.
Didukung serangan udara koalisi pimpinan Amerika, pasukan Kurdi di Suriah merebut wilayah-wilayah dari militan ISIS. Amerika pekan ini mengatakan telah mengirim amunisi ke Suriah, dengan pengedropan dari udara, tetapi tidak menjelaskan kelompok-kelompok pemberontak mana yang dibantu. Turki memperingatkan agar tidak mempersenjatai pasukan Kurdi di Suriah, yang dianggapnya teroris yang bersekutu dengan partai separatis Kurdi atau PKK di Turki.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, "Peringatan ini disampaikan kepada Amerika dan Rusia. Artinya, Turki tidak bisa menerima kerja sama apapun dengan kelompok-kelompok yang melancarkan perang terhadap Turki."
Tetapi aliansi antara Barat dan para pemimpin Kurdi di Suriah, yang dikenal sebagai PYD, sepertinya akan menguat.
Pengamat Ranj Al Aldin dari London School Of Economics mengatakan, "Mereka sudah menjadi kekuatan sekuler yang pro-Barat dan sangat efektif melawan ISIS. Kini, dengan intervensi Rusia, dengan konflik yang semakin rumit, menurut saya Amerika dan Barat pada umumnya akan melibatkan PYD."
Kepada kantor berita Reuters, komandan-komandan Kurdi mengatakan telah membentuk aliansi dengan kelompok-kelompok pemberontak Arab untuk melancarkan serangan ke Raqqa, yang dinyatakan ISIS sebagai ibukotanya. Menurut Al Aldin, aliansi jangka pendek mungkin akan terbentuk.
"Mengingat mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu mengakhiri dan mengalahkan ISIS. Tetapi saya tidak optimistis mengenai kerja sama yang lebih lama dan lebih besar, mengingat ini adalah kelompok-kelompok yang pada masa lalu bermusuhan," tambah Al Aldin.
Persaingan etnis berarti serangan yang dipimpin kurdi terhadap Raqqa akan bermasalah. Turki khawatir kelompok-kelompok Kurdi di Suriah bertujuan mendesak lebih jauh ke barat di perbatasan Sungai Efrat, dibantu dukungan udara Rusia.
Sementara itu, Turki hari Rabu mengatakan memiliki bukti yang mengaitkan militan PKK Kurdi dan teroris ISIS dengan serangan bom hari Sabtu terhadap rapat umum mendukung perdamaian di Ankara. Banyak kelompok Kurdi mengklaim pemerintah Turki berada di balik serangan itu, klaim yang dibantah keras pemerintah. [ka/ii]