Ulama Terkemuka Irak Kecam Kekerasan terhadap Demonstran

Para demonstran anti pemerintah membawa gambar Ayatollah Ali Sistani dalam aksi protes di lapangan Tahrir, Baghdad, Irak.

Tokoh agama paling terkemuka dan disegani di Irak, Ayatollah Ali Sistani, hari Jum’at (31/1) menegaskan kembali kecamannya atas penggunaan kekerasan berlebihan terhadap demonstran anti-pemerintah, ketika gerakan massa memasuki titik kritis dan kekuatan-kekuatan politik bergulat memilih perdana menteri baru.

Pernyataan Al Sistani itu disampaikan ketika kerusuhan berlanjut di Lapangan Khilani dan Wathba, di mana sedikitnya 11 demonstran luka akibat tembakan gas air mata aparat keamanan ketika berupaya membubarkan massa, demikian menurut pejabat-pejabat keamanan dan medis.

Kedua lapangan itu menjadi titik pergolakan dalam eskalasi baru-baru ini, yang dilakukan para demonstran untuk memusatkan kembali perhatian publik pada tuntutan gerakan itu, empat minggu setelah serangan udara Amerika yang menewaskan panglima Pasukan Quds Iran di Baghdad yang memonopoli dunia politik Irak.

Para demonstran menyerukan kepada satu juta warga Irak untuk turun ke jalan hari Jumat ini, untuk merevitalisasi demonstran dan menekan pemerintah agar melaksanakan agenda reformasi setelah ulama berpengaruh lainnya yang berpandangan radikal, Muqtada Al Sadr, menarik pengikutnya agar tidak ikut berdemonstrasi minggu lalu. Penarikan kelompok Al Sadr itu diikuti serbuan terhadap kemah-kemah para demonstran. Setidaknya empat demonstran tewas di Baghdad dan bagian selatan Irak.

Al Sadr menyerukan kepada para pengikutnya untuk kembali turun ke jalan, satu minggu setelah ia menarik dukungan pada para demonstran anti-pemerintah yang berkemah di Lapangan Tahrir di Baghdad. Langkah itu hanya berselang satu hari sebelum tenggat yang ditetapkan oleh presiden Irak untuk memilih perdana menteri yang baru. [em/pp]