Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin mengatakan bahwa mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra akan dibebaskan dari tahanan rumah sakit pada Minggu, 18 Februari.
Thaksin, miliarder yang juga politisi berpengaruh, menjabat sebagai perdana menteri dari 2001–2006. Dia sudah menjalani penahanan sejak Agustus tahun lalu, menyusul kepulangannya setelah 15 tahun mengasingkan diri di luar negeri untuk menghindari konflik kepentingan.
Raja Thailand mengubah hukuman penjara delapan tahun yang harus dijalani Thaksin menjadi satu tahun setelah dia kembali dan telah menjalani enam bulan tahanan rumah sakit karena kondisi kesehatan yang dirahasiakan.
Thaksin diberikan pembebasan bersyarat pada awal pekan ini, tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti kapan ia akan dibebaskan. Minggu menjadi hari pertama pembebasan bersyaratnya.
“Ini akan dilaksanakan pada tanggal 18,” kata Perdana Menteri Srettha kepada wartawan pada Sabtu (17/3), sambil menambahkan bahwa dia tidak mengetahui perinciannya.
Dia menambahkan bahwa “semuanya akan sesuai dengan hukum.”
Meskipun diberikan pembebasan bersyarat, Thaksin bisa menghadapi masalah hukum lebih lanjut karena jaksa penuntut umum mempertimbangkan untuk mendakwa miliarder berusia 74 tahun itu karena menghina monarki dalam wawancara dengan media pada 2015.
Kembalinya Thaksin ke Thailand tahun lalu bertepatan dengan terpilihnya sekutu sekaligus pendatang baru di bidang politik, Srettha, sebagai perdana menteri pada hari yang sama. Hal ini menambah spekulasi bahwa kedua perkembangan tersebut merupakan bagian dari kesepakatan di balik layar antara Thaksin dan musuh-musuh kuatnya di kalangan militer royalis Thailand.
Sekutu Thaksin dan pemerintah, yang dipimpin oleh Partai Pheu Thai yang didukung Shinawatra, menolak anggapan tersebut. [ft]