Perdana Menteri Polandia Donald Tusk pada hari Selasa (21/5) menuduh “negara Rusia” berupaya menyelundupkan ribuan migran dari Afrika ke Eropa ketika Polandia berencana untuk memperkuat perbatasan timurnya.
Sejak musim panas 2021, ribuan migran dan pengungsi, terutama dari Timur Tengah, telah melintasi atau berusaha melintasi perbatasan antara Belarus dan Polandia.
Warsawa dan negara-negara Barat menyalahkan Belarus karena mengatur masuknya migran bersama sekutunya Rusia, sebagai bagian dari serangan “hibrida” yang dirancang untuk mengganggu stabilitas kawasan dan UE.
Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, Perdana Menteri Polandia mengatakan intelijen dari badan khusus negaranya mengindikasikan bahwa “negara Rusia” harus disalahkan atas upaya tersebut.
“Negara Rusialah, bukan suatu bisnis gelap, yang berada di balik organisasi perekrutan, transportasi dan upaya penyelundupan ribuan orang ke Eropa," kata Tusk.
Dia menyebutkan Somalia, Eritrea, Yaman, dan Ethiopia sebagai negara tempat Rusia berupaya “merekrut” migran untuk mengirim mereka ke perbatasan Polandia dengan menerbangkan mereka melalui “salah satu negara Arab” ke Moskow.
“Saat ini, beberapa pusat telah dilokasilan di Rusia, di mana kelompok besar migran yang diorganisir dengan cara ini terkonsentrasi,” kata Tusk, mengutip informasi dari layanan negara-negara sekutu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Lebih dari 90 persen dari mereka yang melintasi perbatasan Polandia secara ilegal adalah orang-orang dengan visa Rusia,” tambahnya.
Polandia mengumumkan pada hari Sabtu bahwa negara itu akan mengalokasikan lebih dari 2,3 miliar euro ($2,5 miliar) untuk memperkuat perbatasan timurnya dengan Belarus dan eksklave Kaliningrad di Rusia.
Menurut badan penjaga perbatasan Polandia, lebih dari 13.000 upaya melintasi perbatasan dari Belarus telah terdeteksi tahun ini. [lt/jm]
Forum