Badan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Bali melaporkan 160 hektar hutan di kawasan lereng Gunung Agung Bali hangus terbakar akibat kebakaran yang terjadi sejak Jumat (31/9) dan belum bisa dipadamkan.
Penyebab kebakaran diduga akibat gesekan dahan pohon yang menimbulkan percikan api dan membakar hutan. Luasnya areal hutan yang terbakar karena musim kemarau yang berkepanjangan dan hembusan angin yang kencang. Kepala Pusdalops PB Bali I Gde Made Jaya Serataberana pada keteranganya di Denpasar Senin (3/9) siang menyampaikan hingga saat ini masih terdapat lima titik api yang terdeteksi, sedangkan tiga titik api telah berhasil dipadamkan. Menurut Serataberana, terjalnya lokasi menyebabkan sulitnya upaya pemadaman.
”Itu memang sangat curam dan itu bukan tempat pendakian, jarang dilalui manusia. Makanya sulit akses ke sana dan helikopter juga tidak berani,” ujarnya.
Serataberana berharap kebakaran tidak meluas ke arah kaki gunung karena terdapat beberapa desa di daerah kaki gunung, diantaranya Desa Datah, Kubu dan Kedampal.
”Yang paling dekat Kedampal, tapi sudah dibuatkan selokan-selokan untuk memutus arus apinya. Sampai sekarang 290 relawan sudah di sana untuk melakukan pemadaman secara manual, memukul dengan alat pemadam kecil. Tim saya sekarang enam orang membawa penyemprot,” ujarnya.
Sebelumnya tim SAR juga telah mengerahkan helikopter untuk memantau dari udara dan mendukung pemadaman, namun usaha ini juga gagal karena helikopter tidak bisa mendekati lokasi kebakaran. Kapten Laut (Penerbang) Zuchri dari Skuadron 400 Wing Udara 1 Pusat Penerbang Angkatan Laut Juanda mengakui sangat sulit melakukan pemadan dengan bantuan helikopter. Salah satu penyebabnya adalah lokasi kebakaran yang cukup tinggi.
”Ketinggian gunung yang sekarang ini mencapai 10.000 kaki, jadi terlalu tinggi. Sementara kalau kita melakukan pemadaman dengan hujan buatan, pertama kita tidak punya alatnya, sementara kekuatan heli Basarnas itu maksimal 13.000 kaki, itu pun tidak membawa benda di bawahnya,” ujar Zuchri.
Ia menambahkan, tantangan lainnya dalam melakukan pemadaman dengan bantuan helikopter adalah angin kencang di sekitar lereng gunung sehingga akan mengganggu kestabilan pesawat saat berada di udara.
Penyebab kebakaran diduga akibat gesekan dahan pohon yang menimbulkan percikan api dan membakar hutan. Luasnya areal hutan yang terbakar karena musim kemarau yang berkepanjangan dan hembusan angin yang kencang. Kepala Pusdalops PB Bali I Gde Made Jaya Serataberana pada keteranganya di Denpasar Senin (3/9) siang menyampaikan hingga saat ini masih terdapat lima titik api yang terdeteksi, sedangkan tiga titik api telah berhasil dipadamkan. Menurut Serataberana, terjalnya lokasi menyebabkan sulitnya upaya pemadaman.
”Itu memang sangat curam dan itu bukan tempat pendakian, jarang dilalui manusia. Makanya sulit akses ke sana dan helikopter juga tidak berani,” ujarnya.
Serataberana berharap kebakaran tidak meluas ke arah kaki gunung karena terdapat beberapa desa di daerah kaki gunung, diantaranya Desa Datah, Kubu dan Kedampal.
”Yang paling dekat Kedampal, tapi sudah dibuatkan selokan-selokan untuk memutus arus apinya. Sampai sekarang 290 relawan sudah di sana untuk melakukan pemadaman secara manual, memukul dengan alat pemadam kecil. Tim saya sekarang enam orang membawa penyemprot,” ujarnya.
Sebelumnya tim SAR juga telah mengerahkan helikopter untuk memantau dari udara dan mendukung pemadaman, namun usaha ini juga gagal karena helikopter tidak bisa mendekati lokasi kebakaran. Kapten Laut (Penerbang) Zuchri dari Skuadron 400 Wing Udara 1 Pusat Penerbang Angkatan Laut Juanda mengakui sangat sulit melakukan pemadan dengan bantuan helikopter. Salah satu penyebabnya adalah lokasi kebakaran yang cukup tinggi.
”Ketinggian gunung yang sekarang ini mencapai 10.000 kaki, jadi terlalu tinggi. Sementara kalau kita melakukan pemadaman dengan hujan buatan, pertama kita tidak punya alatnya, sementara kekuatan heli Basarnas itu maksimal 13.000 kaki, itu pun tidak membawa benda di bawahnya,” ujar Zuchri.
Ia menambahkan, tantangan lainnya dalam melakukan pemadaman dengan bantuan helikopter adalah angin kencang di sekitar lereng gunung sehingga akan mengganggu kestabilan pesawat saat berada di udara.