Pemerintah Provinsi Jawa Timur memastikan 18.400 alat tes cepat atau rapid test virus corona telah tiba di Jawa Timur. Alat tersebut telah didistribusikan ke 65 rumah sakit rujukan.
Ketua Rumpun Kuratif, Gugus Tugas Penanggulangan Virus Corona Jawa Timur, Joni Wahyuhadi, memastikan alat tes cepat ini akan segera dimanfaatkan untuk mengecek dan menyaring orang-orang yang berisiko karena melakukan kontak langsung dengan pasien positif corona. Namun, kepastian positif terjangkit vorona harus melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
“Rapid test ini memang bukan standard untuk diagnostik, rapid test untuk screening, dan yang utama screening adalah orang-orang yang bersentuhan dengan pasien yang confirm, yang positif. Tujuannya untuk memberikan treatment yang tepat, melakukan isolasi atau masuk ke rumah sakit, dan lain-lain. Tetapi untuk confirm positif bkan rapid test, yaitu PCR, tetap PCR dan diumumkan oleh Kementerian Kesehatan,” ujar Joni Wahyuhadi.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengungkapkan data penambahan pasien positif corona di Jawa Timur menjadi 66 positif, 267 pasien dalam pengawasan (PDP), dan 3.781 orang dalam pemantauan (ODP). Dari angka itu, 8 orang pasien dinyatakan sembuh, dan 4 orang meninggal dunia.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, sekaligus Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Virus Corona Jawa Timur, Heru Tjahjono, mengatakan peningkatan jumah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi salah satu indikator proses pelacakan telah berjalan lebih luas.
“Jadi semua yang ODP akan kelihatan naik karena proses tracing kita yang sudah jalan. Jadi karena proses tracingnya yang sudah jalan, maka dari itu ODP-nya pasti kelihatan naik. Mudah-mudahan ini ODP ini tidak menjadi PDP. Jadi proses tracing sudah semakin lama semakin detil, semakin ke desa-desa dan akan terus naik untuk ODP,” ungkap Heru Tjahjono.
Joni Wahyuhadi menambahkan, peningkatan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) harus menjadi kewaspadaan agar tidak menjadi pasien dalam pengawasan (PDP), yang dapat menyumbang angka pasien positif corona.
Ia menegaskan, meski masyarakat banyak yang tidak mengikuti imbauan pemerintah, namun pembatasan aktivitas, seperti social distancing atau physical distancing merupakan upaya yang di berbagai negara telah mampu menurunkan grafik kenaikan kasus virus corona.
“Peningkatannya itu sangat signifikan khususnya yang ODP, orang dalam pengawasan. Artinya ODP itu sangat dipengaruhi oleh perilaku kita. Teori apa pun mengenai Covid ini mengatakan bahwa social distancing atau physical distancing, sekarang bisa menurunkan laju grafik itu 40 persen,” kata Joni.
Dari data yang ada, kasus virus corona di Indonesia menunjukkan grafik kenaikan dalam satu bulan ini, dengan jumlah kasus yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Jawa Timur sendiri merupakan provinsi di Indonesia yang masuk dalam lima terbanyak pasien positif corona. [pr/em]